Pernah mendengar atau melihat harga sebuah karpet (permadani) mencapai 226.875 dolar AS sebuah? Coba bayangkan kalau dikurskan ke nilai rupiah dalam kondisi sekarang. Maka, angka-angka yang didapatkan pun makin berderet-deret. Namun, jangan lantas berkecil hati dan memutuskan untuk urung membeli karpet. Sebab, harga yang selangit itu adalah harga salah satu karpet termahal di dunia. Karpet termahal ini pernah dipamerkan di Museum Nasional Jakarta tahun 1993 oleh seorang kolektor asal Iran.
Jika harganya bisa menjulang tinggi, tentu karpet ini memiliki banyak keistimewaan. Asal tahu saja, karpet antik yang menggambarkan perjuangan Alexander yang Agung—berdasarkan lukisan Charles Le Brun—itu dibuat tahun 1680! Terbuat dari sutra dan wol berukuran 620 sentimeter x 400 sentimeter. Dan, pembuatnya hanya membuat dua karpet saja. Sebuah lainnya kini menjadi koleksi Museum Nasional Munich di Jerman.
Karpet lain yang tergolong adikarya adalah karpet yang menggambarkan Taman Khesthi. Berukuran 405 sentimeter x 305 sentimeter dan berbahan sutra, karpet yang berasal dari Heriz, Iran Utara, ini selesai dibuat pada abad ke-18. Kelebihan lain yang dimilikinya adalah perpaduan 15 warna yang indah dengan warna utama emas, cokelat, krem, biru tua, biru muda, dan abu-abu.
Persia (kini Iran, red) memang terkenal sebagai pembuat karpet kuno yang bagus. Umumnya, karpet-karpet ini memperlihatkan teknik tenunan Persia dan mengandung nilai seni yang tinggi dari abad ke-15. Karpet sejenis hanya terdapat di Museum Seni Gewerebe Hamburg dan Museum Seni Kerajinan Tangan Frankfurt, Jerman.
Tangan
Karpet-karpet kuno umumnya dikerjakan dengan tangan dan menggunakan teknik simpul. Karena kebanyakan berasal atau meniru karpet Persia, maka ragam hias karpet bercirikan Islam. Misalnya ada bunga dan daun yang disusun dalam satu tempat (tempayan).
Menurut catatan sejarah, karpet dibuat oleh masyarakat nomaden (masyarakat yang hidupnya berpindah-pindah tempat), terlebih masyarakat berburu. Gambaran yang ditampilkan berkaitan dengan kehidupan keagamaan, kenegaraan, panjang umur, keberuntungan, keselamatan dan kesehatan. Karpet sendiri berdasarkan fungsinya terdiri atas lima jenis fungsi, yakni untuk dinding, lantai, koleksi, dekorasi, dan investasi.
Karpet untuk dinding biasanya berukuran besar. Karpet seperti ini sering digunakan di istana. Pihak istana sering pula menggunakan karpet besar untuk lantai. Sebaliknya karpet kecil digunakan di lantai dan untuk sembahyang.
Di Persia kemahiran membuat karpet sudah ada sekitar abad ke-15. Zaman dulu kebanyakan karpet dibuat oleh para wanita. Sebuah karpet besar bisa menghabiskan waktu pembuatan sekitar tiga tahun. Oleh karena itu, harganya mahal sekali.
Agar bisa menikah, seorang wanita harus mampu membuat karpet. Karpet itulah yang nantinya diberikan kepada calon suami. Tidak heran bila keterampilan itu tetap bertahan sampai sekarang.
Luas
Karpet tertua terbuat dari kulit hewan dan kulit tumbuhan. Diperkirakan pembuatan karpet dimulai pada awal abad Masehi. Penemuannya berasal dari abad ke-3 dan 4 sebelum Masehi di Turki. Produksi karpet secara besar-besaran diduga berlangsung pada awal Masehi hingga abad ke-14.
Sejak puluhan tahun yang lalu karpet telah menjadi benda seni yang mulai digandrungi kalangan berduit. Di Indonesia, kolektor karpet antik memang belum terdengar kiprahnya. Mungkin karena tergolong eksklusif. Tempat-tempat penjualannya pun masih langka, kecuali karpet modern untuk dekorasi ruangan/lantai.
Karena besar dan lebar, tempat penyimpanan karpet harus luas. Biasanya kolektor menyimpannya dengan cara menggulung atau menumpuk koleksi tersebut. Kolektor karpet-karpet kecil sering kali menempelkannya di dinding. Selain sebagai tempat penyimpanan, juga berfungsi sebagai dekorasi ruangan.
Koleksi karpet harus dibersihkan secara teratur. Umumnya kelemahan karpet adalah sering kotor terkena debu. Untuk ini kita memerlukan alat penghisap debu (vacuum cleaner). Jangan memakai peralatan lain karena malah membahayakan.
Simpan koleksi karpet di tempat kering. Kalau kena lembab akan membahayakan koleksi, karena karpet bisa rusak atau bolong-bolong. Jaga kondisi ruang penyimpanan dari serangan serangga.(djulianto susantio)
(Sumber: Sinar Harapan, Rabu, 28 Mei 2003)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar