Senin, 24 Agustus 2009

Mayat Kuno Zaman Dinasti Ming


Sosok mayat purbakala ditemukan tanpa sengaja di tempat konstruksi, diperkirakan sudah berusia 500 tahun. Anehnya dari mayat tersebut tidak membusuk dan kulitnya juga masih halus lembab dan elastis. Selain itu, di bulan Agustus lalu yang panas terik di Jiangnan, diluar dugaan mayatnya dingin bagaikan es. Mayat kuno dan misterius tersebut menimbulkan sejumlah besar pertanyaan, siapa dan mengapa tidak membusuk?

Mayat purbakala dinasti Ming di temukan di Shanghai, terawat utuh, tubuh mayat dingin bagaikan es

Pada 5 Agustus 2000 silam, kantor kepolisian kota Huayang, distrik Songshan, Shanghai mendapat sebuah laporan, ditemukan sesosok mayat ketika sedang meratakan tanah. Ketika polisi tiba di lokasi, peti mati sudah tersingkap, sesosok mayat membungkuk di atas tanah, sekujur tubuhnya mengenakan dandanan kuno. Ketika polisi Xia Jifang mendekat, ia terkejut bukan main, korban adalah sesosok mayat laki-laki, dilihat dari kulit dan raut wajahnya dipastikan korban bukan mayat zaman sekarang, tapi anehnya mayat tersebut tidak membusuk dan terawat utuh.

Setelah peristiwa penemuan mayat itu diberitakan di media massa, petugas dari museum Songjiang, Shanghai, Yan Kun, segera datang ke lokasi dan tahap awal diyakini bahwa ini mungkin sebuah makam kuno. Yang tak kalah mengejutkan ketika diraba mayat tersebut dingin seperti es.

Ketika mencari barang-barang yang dikubur bersama si mayat kuno tersebut, Yang kun menemukan sebuah surat pentasbihan. Surat pentasbihan adalah suatu bukti status yang diberikan kepada umat Buddha, biksu atau murid Buddha, ketika pemegang surat pentasbihan bekelana ke empat penjuru dan menggantungkan surat di Biara, mereka harus memperlihatkan surat pentasbihan tersebut membuktikan status diri sebagai biksu. Dari surat pentasbihan tersebut, pemegangnya bernama Yang Fuxin, surat pentasbihan tersebut diberikan pada masa dinasti Ming, tepatnya tahun 1439 masehi atau kurang lebih sudah 500 tahun hingga sekarang. Kesimpulan awal para ahli bahwa mayat tersebut adalah pemilik surat pentasbihan ini. Masa kehidupan Yang Fuxin adalah akhir dari dinasti Yuan (1271-1386) dan awal dari dinasti Ming (1368-1644) dan sudah meninggal lebih dari 500 tahun.

Patung kayu, lembing/tombak yang dibawa serta bersama si mati dan telapak tangan yang lebih besar dari orang pada umumnya menunjukkan kalau orang ini adalah seorang pesilat. Untuk mengetahui lebih jelas identitas Yang Fuxin, petugas khusus mulai mencari petunjuk di lokasi penemuan mayat tersebut, diantara barang-barang yang paling menarik perhatian tidak lebih dari patung kayu prajurit dan tombak kayu. Ahli dari balai penelitian Wushu di kantor pusat olahraga nasional yakni Kang Gewu mendapati, bahwa tombak kayu ini tidak sama dengan tombak umumnya yang digunakan untuk latihan.

Kang Gewu menuturkan, bahwa dibalik semua itu tersimpan sepotong sejarah persilatan yang diketahui umum : pada masa dinasti Yuan, bangsa Mongol utara masuk ke dataran tengah. Bagi bangsa Mongol setempat, mereka mengajurkan wajib menunggang kuda, gulat dan berlatih silat. Namun, terhadap bangsa Han, mereka mengambil kebijakan melarang berlatih silat.

Tombak yang dibawa bersama si mati menunjukkan bahwa semasa hidupnya Yang Fuxin gemar akan silat, bahkan mungkin juga hidup dengan cara bermain silat. Apakah ini dapat membantu kita menyingkap misteri jati dirinya? Melalui pemeriksaan yang cermat terhadap Yang Fuxin, ahli peneliti mayat kuno mendapati kulit Yang Fuxin lembab halus dan elastis, bahkan beberapa sendi masih aktif. Menurut penentuan awal, usianya berkisar antara 75-80 tahun. Dalam pemeriksaan ahli terkait juga mendapati sebuah temuan penting: Telapak tangan Yang Fuxin lebih besar, terutama tulang telapak tangannya lebih besar dari orang pada umumnya. Ciri khas ini, lebih lanjut menunjukkan kemungkinan Yang Fuxin sangat mahir akan silat semasa hidupnya. Karena sepanjang tahun berlatih Wushu, terutama mereka yang berlatih telapak tangan, dimana jika sering berlatih akan mengembangkan otot telapak tangan dan dapat merangsang pertumbuhan tulang lebih cepat.

Apakah tubuh Yang Fuxin yang tidak membusuk ini dikarenakan mengonsumsi warangan (arsenikum) dan air raksa atau benda beracun lainnya menjelang ajal. Patung kayu prajurit, tombak kayu yang dibawa bersama si mati dan telapak tangan yang besar, menunjukkan bahwa mungkin karena Yang Fuxin bertahun-tahun berlatih silat. Jika memang ia adalah orang dari dunia persilatan, mayatnya yang tidak membusuk, lantas apa mungkin ini berhubungan dengan sejumlah teknik rahasia dalam legenda persilatan?

Pada zaman Tiongkok kuno, suatu teknik rahasia yang tersebar luas dalam dunia persilatan adalah minum racun atas kemauan sendiri, selama beberapa bulan menjelang ajal, tetap mengonsumsi air raksa dan arsenikum dalam dosis kecil dan benda beracun lainnya, degan demikian, racun yang terhimpun dalam tubuh dapat memberi efek mencegah fisik tidak membusuk setelah meninggal dunia.

Tapi, teknik rahasia ini hanya kabar burung. Jika Yang Fuxin memakai cara ini, maka di dalam tubuhnya pasti akan meningalkan bekas. Unsur kimia arsenikum adalah arsenik, dan unsur kimia air raksa adalah Hydrargyrum (hg), keduanya ini termasuk unsur logam berat. Untuk menyingkap keraguan ini, para ahli memutuskan mengumpulkan sample rambut dan sample lainnya dari mayat tersebut, untuk memastikan kadar logam berat tersebut. Namun, setelah dianalisis secara kimiawi terhadap organ dalam dan rambut Yang Fuxin didapati, unsur logam berat di dalam tubuhnya tidak berbeda dengan orang pada umumnya, termasuk dalam batas normal. Tampaknya, Yang Fuxin tidak menenggak racun atas inisiatifnya sendiri. Tapi, apa yang membuat tubuhnya bisa secara gaib tetap terawat dengan baik?

Apakah faktor lingkungan penguburan atau struktur makam yang istimewa yang membuat mayat tersebut terawat utuh?

Dalam kondisi normal, dimana setelah manusia meninggal dunia, maka sel kita perlahan-lahan akan kehilangan daya hidupnya. Melarut dibawah efek enzim hidrolisa individu dan ini yang disebut dengan proses larutan sendiri. Kemudian diserang kuman busuk dan melalui penguraian kuman busuk, tubuh manusia kemudian menjadi seonggok tulang belulang. Ahli terkait memeriksa cairan jaringan dan larutan sendiri Yang Fuxin sangat mencukupi, sel dalam tubuhnya mulai mengurai setelah ia meninggal dunia. Jika memang demikian, maka selama 500 tahun berikutnya, efek bakteri semestinya telah mengurainya menjadi seonggok tulang kering sejak dulu. Akan tetapi, tubuhnya tetap terawat utuh hingga sekarang.

Dulu sebagian besar mayat yang tergali kebanyakan berasal dari pantai Gobi, Xinjiang atau kawasan gurun pasir dan tempat yang ekstrem kering. Tapi, tempat ditemukannya mayat Yang Fuxin adalah Shanghai yang beriklim lembab, di lingkungan seperti ini bagaimana mungkin mayat tersebut bisa terawat secara utuh?

Peti mayat Yang Fuxin memakai struktur tuang : dinding di sekeliling ditata dengan batu bata, setelah peti mati dimasukkan, kemudian “san he tu” (suatu cairan campuran kapur, tanah liat dan pasir yang akan mengeras setelah kering) dituang diantara peti dan tembok bata. Orang zaman dulu melapisi peti mayat dengan cara menuang. Diantara makam dinasti Ming di daerah Jiangzhe, sistem tuang seperti ini cukup banyak ditemui, karena itu awalnya ahli terkait tidak begitu mengindakan. Namun, setelah diteliti lebih lanjut mereka mendapati : cairan tuang disini memakai suatu bahan khusus¾ Tawas. Tawas dapat dibuat suatu zat pembeku/pengental, mencegah agar tidak merekah. Karena peti mati tertutup rapat, suhu tetap, ketiadaan oksigen, bakteri tidak dapat berkembang biak, inilah faktor yang membuat mayat terawat utuh.

Mengapa peti mati yang tertutup rapat itu dipenuhi dengan cairan, dan mayat tetap dalam keadaan lembab?. Xia Jifang teringat kembali sebuah peristiwa ganjil yang dilihatnya di lokasi ketika itu. Dalam peti Yang Fuxin yang terbuka dipenuhi dengan air, lagipula ketika itu tidak hujan, darimanakah air dalam peti tersebut? ada yang menduga itu pengawet yang khusus dibuat orang dulu, seperti cairan formalin sekarang, mayat tidak akan membusuk jika di rendam ke dalam formalin. Namun ahli terkait telah memeriksa dokumen kuno tapi tidak menemukan catatan terkait, dan Xu Yongqing juga menyatakan keberatan terhadap dugaan cairan pengawet tersebut.

Jika peti mati Yang Fuxin tertutup rapat, lalu dari mana sebenarnya cairan di dalam peti mati tersebut? saat peti mati itu dikeluarkan, diluar dugaan orang-orang mendapati: pengerjaan pada bagian dasar kuburan relatif sederhana, cairan pengeras lebih tipis daripada bagian atas dan sekeliling peti mati. Aliran sungai di daerah Songjiang panjang dan lebar, permukaan air bawah tanah lebih tinggi. Bagian dasar yang sengaja dibuat tipis, membuat air bawah tanah sedikit demi sedikit merembes masuk ke dalam selama 500 tahun, sehingga membentuk cairan. Namun sebelumnya, karena peti mati tertutup rapat dan tidak beroksigen, pembusukan mayat sudah terhenti, kemudian rendaman cairan dalam peti justru membantunya tetap dalam keadaan basah atau lembab.

Di Jiangnan, jika pengerjaan ruang peti mati tidak sesuai atau air yang merembes masuk tidak bersih, mengandung kuman, maka tidak mungkin dapat menyimpan mayat secara utuh. Seperti misalnya mayat Yang Fuxin ini, karena lingkungan (tutupan peti mati) yang rapat dan air bawah tanah yang bersih, maka membuat tubuhnya tidak membusuk. (Sumber Secret China)*

(Sumber: erabaru.net)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar