Saya memiliki beberapa artikel arkeologi terbaru. Media cetak yang berminat, silakan menghubungi saya. Simak ringkasan artikel-artikel tersebut di bawah ini.
RINGKASAN
Bhayangkari, Dharmmadhyaksa, dan Bhattara Saptaprabhu
Oleh DJULIANTO SUSANTIO
Akhir-akhir ini dua korps penegak hukum, yakni kepolisian dan kejaksaan, tengah mendapat sorotan tajam dari masyarakat. Citra, harga diri, dan kehormatan kedua korps tengah dipertaruhkan. Tidak dimungkiri kalau banyak orang berpendapat bahwa penegakan hukum di negeri kita sudah amburadul sejak lama. Tidak ada ketegasan, kewibawaan, dan kejujuran dari aparat kedua korps itu, dituding menjadi biang keladi bobroknya hukum di negara kita.
Memang sungguh disayangkan, bahkan amat ironis karena ini terjadi di negara yang katanya negara hukum. Padahal, pada masa lampau terutama pada masa kerajaan Majapahit, hukum benar-benar ditegakkan. Hal ini bisa dilihat dari informasi sejumlah sumber tertulis, seperti prasasti dan naskah kuno. Disebutkan, siapa yang bersalah akan dihukum dan dijerat dengan undang-undang Kutaramanawadharmmasastra. Karena itulah pada abad ke-12 hingga ke-14 Majapahit maju pesat dan terkenal sampai mancanegara.
Pasukan bhayangkari adalah pasukan elit ketika itu yang mengawal kerajaan. Pasukan ini dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada. Nama bhayangkari inilah yang kemudian dipakai oleh korps kepolisian kita, hanya dengan sedikit perubahan menjadi bhayangkara.
Nama bhayangkari merupakan adaptasi dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Jawa Kuno. Arti sesungguhnya adalah hebat atau mengerikan. Tujuan pembentukan pasukan bhayangkari bukan untuk menakut-nakuti rakyat, tetapi justru untuk melindungi rakyat dan kerajaan. Karena sudah populer, nama ini kemudian identik dengan nama kesatuan pengawal kerajaan.
*******
RINGKASAN
Belajar dari Kearifan Kitab-kitab Kuno
Oleh DJULIANTO SUSANTIO
Di antara berbagai kitab kuno yang sampai kepada kita, ada dua kitab yang dikenal luas, yakni Mahabharata(yudha) dan Ramayana. Kedua kitab itu berasal dari India, ditulis oleh pujangga termashur pada zamannya ribuan tahun yang lalu. Masing-masing kitab tebalnya sampai berjilid-jilid. Karena itu isinya pun mengenai berbagai hal, seperti filosofi kehidupan, nasehat, dan peristiwa sehari-hari. Kedua kitab kuno itu banyak menyinggung hal yang bersifat universal dan masih memiliki relevansi dengan masa sekarang, sehingga digemari di seluruh dunia.
Salah satu bagian dari Mahabharata yang paling banyak dijadikan panutan adalah kitab Bhagavad Gita (BG). Sebenarnya isi utama kitab itu adalah percakapan antara Arjuna (sebagai murid) dengan Kresna (sebagai guru). Banyak pesan moral terkandung di dalam kitab itu karena Arjuna dan Kresna banyak menampilkan dialog yang menyentuh hati. Isi BG dipandang penuh dengan hal-hal kebajikan dan keteladanan.
Dialog Arjuna – Kresna itu berlangsung di medan perang Kuruksetra, sebelum terjadi perang besar antara dua keluarga, Pandawa dan Kurawa, untuk memerebutkan takhta kerajaan. Dikisahkan, perang itu terjadi akibat ketidaksediaan pihak Kurawa untuk mengembalikan takhta kerajaan kepada pihak Pandawa.
Sesungguhnya, sebagai sesepuh Kresna sudah mengusahakan perdamaian. Namun usahanya ditolak oleh pihak Kurawa. Pertempuran pun nyaris dimulai. Tapi Arjuna, salah seorang pahlawan Pandawa, malah menolak untuk bertempur dan berniat merelakan dirinya dibantai saja oleh kaum Kurawa tanpa perlawanan.
*******
RINGKASAN
Cupeng dan Badong, Penangkal Perselingkuhan
Oleh: DJULIANTO SUSANTIO
Sejak lama kaum wanita selalu menjadi objek. Ini ditafsirkan dari sejumlah temuan arkeologis, berupa artefak dan sumber tertulis. Karena itu sejumlah kerajaan kuno berusaha melindungi kaum wanita dengan cara membuat undang-undang atau kitab hukum.
Upaya yang paling serius pernah dilakukan pada zaman Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit (abad ke-14). Menurut sumber-sumber kuno, Hayam Wuruk merupakan raja yang telah bertindak bijaksana. Dia pernah mengatakan, dalam menjalankan pengadilan orang tidak boleh bertindak sembarangan. Agar negara tenteram, kita harus patuh mengikuti segala apa yang telah dinyatakan dalam kitab perundang-undangan yang disebut Agama.
Banyak materi berhasil disusun dalam kitab Agama itu, di antaranya tentang pencurian, jual beli, perkawinan, dan perbuatan mesum. Sebagian besar di antaranya dibuat untuk melindungi kaum wanita. Hukum pidana yang termuat dalam undang-undang berlaku untuk semua orang dari segala lapisan masyarakat di wilayah Majapahit.
Ketika itu dikenal dua jenis hukum pidana. Pertama, pidana pokok, berupa pidana mati, pidana potong anggota tubuh yang bersalah, denda, dan ganti rugi. Kedua, pidana tambahan, berupa tebusan, penyitaan, dan uang pembeli obat (Perundang-undangan Madjapahit, 1967).
Di antara berbagai bab yang disusun, bagian yang paling banyak dibicarakan adalah tentang perbuatan mesum atau paradara (arti sebenarnya “isteri orang lain”). Paradara merujuk pada perbuatan yang kurang senonoh terhadap isteri orang lain atau terhadap wanita yang telah kawin.
*******
RINGKASAN
Sumatera, Dulu “Negeri Emas”, Kini “Negeri Bencana”
Oleh: DJULIANTO SUSANTIO
Kontradiksi, mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi Pulau Sumatera, antara dulu dan kini. Masa lampau Sumatera, menurut sejumlah sumber sejarah, sungguh cemerlang. Terbukti, selama berabad-abad Kerajaan Sriwijaya dan Malayu banyak didatangi bangsa asing, untuk berbagai keperluan seperti berdagang, mempelajari agama Buddha, dan maksud-maksud lain.
Namun, dalam lima tahun terakhir ini kondisi geografis Sumatera telah berubah total karena bencana. Yang pertama, gempa besar berkekuatan 9,2 Skala Richter diikuti gelombang tsunami di Aceh dan wilayah sekitarnya pada akhir 2004. Yang kedua, gempa besar berkekuatan 7,6 Skala Richter pada 30 September 2009 di Sumatera Barat dan Jambi.
Zaman dulu orang mengenal Sumatera sebagai Suvarnnabhumi. Nama Suvarnnabhumi atau Swarnnabhumi pertama kali disebutkan dalam kitab Jataka yang ditulis pada abad ke-4 Masehi. Dalam kitab itu Suvarnnabhumi disebutkan sebagai “sebuah negeri yang memerlukan perjalanan penuh bahaya untuk mencapainya”.
Jauh sebelumnya, kitab Ramayana (berbahasa Sansekerta dan ditulis sekitar tahun 150 SM), memberitakan adanya Suvarnnadwipa (Pulau Emas). Suvarnnadwipa adalah nama lain Suvarnnabhumi. Demikian pula dengan Suvarnnapura (Kota Emas). Semuanya mengacu kepada Sumatera.
*******
RINGKASAN
“Arkeologi Kok Meneliti Sampah?”
Oleh: DJULIANTO SUSANTIO
Sejak lama, sampah sering diteliti banyak pakar dari berbagai bidang keilmuan, tidak terkecuali pakar-pakar arkeologi. “Arkeologi kok meneliti sampah, untuk apa?” begitulah cemoohan orang-orang pada awalnya.
Pada dasarnya, studi arkeologi berkenaan dengan manusia masa lalu melalui benda-benda budaya yang mereka tinggalkan. Namun karena informasi dari masa lalu sangat terbatas jumlahnya, sementara ada asumsi bahwa pola tingkah laku manusia masa kini merupakan kelanjutan dari masa lalu, maka kemudian berkembang studi analogi etnografi atau etno-arkeologi. Subdisiplin arkeologi ini ingin memahami proses budaya yang terjadi pada masa lalu melalui manusia masa kini.
Salah satu objek penelitian yang dianggap universal adalah sampah. Sampah ada di segala penjuru dunia dan selalu dihasilkan oleh setiap individu dari dulu hingga sekarang, oleh tua dan muda serta oleh segala lapisan masyarakat. Mula pertama memang penelitian sampah dipandang sebelah mata oleh banyak pihak. Namun begitu hasil riset dipublikasikan, sambutan positif banyak berdatangan. Maka kemudian studi tentang sampah dikembangkan ke arah penerapan yang lebih luas.
Garbology
Di sejumlah negara, penelitian ilmiah terhadap sampah berhasil memecahkan masalah sosial budaya terhadap masyarakatnya. Bahkan di AS sejak lama berkembang cabang arkeologi yang disebut Arkeologi Persampahan (Garbage Archaeology) atau disingkat Garbology.
*******
RINGKASAN
Bendera Merah Putih dan Istilah Nusantara
Oleh DJULIANTO SUSANTIO
Mengapa bendera kita berwarna merah putih, bukan warna lain? Tentu ada alasan tertentu yang mendasarinya. Alasan itu bisa ditelusuri lewat sumber-sumber sejarah. Bendera merah putih ternyata sudah dikenal cukup lama, beberapa ratus tahun sebelum diproklamasikannya kemerdekaan RI tahun 1945. Menurut sebuah prasasti bertarikh 1294 M, bendera merah putih pernah dikibarkan pada 1292 oleh tentara Jayakatwang ketika berperang melawan Singhasari. Itulah informasi yang paling tua mengenai bendera merah putih.
Pada masa selanjutnya, uraian cukup penting terdapat dalam kitab Nagarakretagama dari abad ke-14. Diceritakan bahwa warna merah putih digunakan dalam upacara hari kebesaran raja Hayam Wuruk (1350-1389). Konon, warna merah identik dengan buah maja yang kemudian menjadi asal nama kerajaan Majapahit. Sedangkan warna putih identik dengan buah kelapa yang dipandang berisi air kehidupan.
Dipercaya, merah merefleksikan darah, sementara putih mewakili tulang. Di kerajaan Majapahit merah dan putih adalah warna yang dimuliakan.
*******
RINGKASAN
Nama “Suvarnnabhumi” Dibajak Thailand
Oleh DJULIANTO SUSANTIO
Sudah tiga tahun lamanya, tepatnya sejak pertengahan Oktober 2006, pemerintah Thailand menggunakan bandar udara baru yang diberi nama Suvarnnabhumi. Padahal, menurut kitab-kitab kuno, nama Suvarnnabhumi identik dengan Pulau Sumatera. Nama yang berasal dari bahasa Sansekerta ini arti harfiahnya adalah “Negeri Emas”. Mengapa kita tidak melakukan protes seperti halnya kepada Malaysia? Tidak dimungkiri, karena kita tidak tahu arti kata-kata tersebut atau kita tidak berminat kepada sejarah bangsa sendiri.
Nama Suvarnnabhumi atau Swarnnabhumi pertama kali disebutkan dalam kitab Jataka yang ditulis pada abad ke-4 Masehi. Jataka adalah sebuah kitab kuno dari India yang isinya menguraikan kehidupan Sang Buddha. Dalam kitab itu Suvarnnabhumi disebutkan sebagai “sebuah negeri yang memerlukan perjalanan penuh bahaya untuk mencapainya”. Menurut para pakar, Suvarnnabhumi tidak lain adalah Pulau Sumatera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar