Angkor Wat yang terletak di Kota Siem Reap, Kamboja, terkenal di seluruh dunia, dan dicantumkan dalam daftar warisan budaya dunia PBB. Baru-baru ini, rombongan liputan bersama CRI dan Radio Rakyat Guangxi mengunjungi Angkor Wat, mengenal sepenuhnya perhatian besar pemerintah Kamboja dan masyarakat internasional terhadap perlindungan atas peninggalan sejarah itu.
Direktur Biro Perjalanan Propinsi Siem Reap, Kamboja, Koy Sang Selasa lalu memperkenalkan keadaan pengembangan industri pariwisata di Angkor Wat serta renovasi dan perlindungan atas benda budaya selama tahun-tahun belakangan ini kepada wartawan-wartawan rombongan liputan besama "Perjalanan Kerja Sama Tiongkok-ASEAN".
Dikatakannya, " Kini, jumlah wisatawan ke Angkor Wat sedang bertambah dengan kecepatan 30% sampai 35%, pada triwulan pertama tahun ini, telah diterima 530 ribu wisatawan, 380 ribu orang di antaranya berasal dari luar negari."
Koy Sang mengatakan, kompleks bangunan Angkor Wat telah menjadi tempat wisata dan arkeologi Kamboja yang terkenal, dengan mengundang sejumlah besar wisatawan dari berbagai pelosok dunia. Tapi akibat erosi angin dan hujan serta peperangan selama beberapa tahun, banyak peninggalan sejarah telah menjadi reruntuhan.
Arus pengunjung yang mengalir tak henti-hentinya juga menyusahkan perlindungan atas Angkor Wat. Untuk merenovasi dan melindungi Angkor Wat dengan sebaik-baiknya, pemerintah Kamboja menyempurnakan mekanisme pariwisata, sementara aktif mengupayakan bantuan dari luar negari. Kini, tim kerja dari 10 negara, antara lain Perancis, India, Jepang, Jerman, dan Italia ambil bagian dalam pekerjaan perlindungan Angkor Wat dalam aneka bentuk. Tim kerja Tiongkok juga mengirim pakar-pakar terampil untuk berpartisipasi dalam proyek renovasi yang penting itu.
Pada 1990-an, atas permintaan UNESCO, pemerintah Tiongkok mengalokasi dana khusus dan mengirim arkeolog untuk berpartisipasi dalam pekerjaan perlindungan dan pemugaran Angkor Wat, sementara menetapkan Kuil Wihara Chau Say Tevoda yang mengalami kerusakan serius dalam Angkor Wat sebagai proyek pemugaran bantuan tahap pertama.
Berbeda dengan bangunan kuno Tiongkok yang kebanyakan berstruktur kayu, Kuil Wihara Chau Say Tevoda dibangun dengan batu-batu besar. Karena mengalami kerusakan serius, maka sangat sulit pemugarannya. Melalui penyelidikan dan persiapan awal selama 1 tahun, pakar perlindungan benda budaya Tiongkok secara resmi memulai proyek pemugaran Kuil Wihara Chau Say Tevoda. Pakar Perlindungan Benda Budaya, Jiang Huaiying yang juga kepala tim kerja Tiongkok memperkenalkan,
"Ketika kami datang ke lokasi, kuil ini pada pokoknya adalah reruntuhan. Kebanyakan bangunan telah runtuh, hampir 4,000 komponen bertebaran di sekitar bangunan runtuh. Tidak ada bahan referensi asli dan juga tidak ada foto-foto terkait, bahkan bentuk bangunan juga tidak jelas, semuanya sudah runtuh, maka kami perlu mempelajari bentuk Angkor Wat dan strukturnya untuk diadakan renovasi.
Persoalan selanjutnya adalah pencocokan komponen. Melalui upaya selama 10 tahun, proyek perlindungan dan pemugaran Kuil Wihara Chau Say Tevoda di Angkor Wat Kamboja akan segera dirampungkan. Pekerjaan pakar perlindungan benda budaya Tiongkok mendapat penilaian tinggi UNESCO, pemerintah Kerajaan Kamboja menganugrahkan bintang tanda jasa tinggi nasional kepada Kepala Tim Kerja, Jiang Huaiying dan Wakil Kepala, Liu Jiang. Untuk pertama kali pemerintah Kerajaan Kamboja menganugerahkan bintang serupa kepada pakar asing.
Kini, Tim kerja Tiongkok sedang mulai melakukan renovasi terhadap peninggalan sejarah lain di Angkor Wat. Dengan mendapat bantuan berbagai negara, Angkor Wat sedang tampil di depan rakyat seluruh dunia dengan wajah yang lebih indah.
(indonesian.cri.cn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar