Selasa, 12 Januari 2010

Lukisan Prasejarah di Pedalaman Sumatera


Oleh: Truman Simanjuntak


Ini sangat spektakuler dan akan mengubah paradigma lukisan goa di Indonesia. Itu tanggapan saya ketika Wahyu Saptomo, Ketua Tim Penelitian Gua Harimau 2009, menginformasikan penemuan lukisan di goa tersebut. Selama ini sudah tertancap di benak para arkeolog bahwa lukisan goa (rock painting) prasejarah tidak dikenal di Sumatera.

Sore itu saya benar-benar penasaran dengan informasi sepotong tersebut. Kebetulan hari itu saya mengeksplorasi goa-goa lain di sekitarnya. Benarkah ada lukisan? Pertanyaan itu baru terjawab ketika dalam briefing sehabis makan malam, Wahyu memperlihatkan foto-foto lukisan itu. Dia pun bercerita tentang penemuan tersebut.

Selagi istirahat siang di goa, Wahyu tertarik melihat-lihat pojok timur goa. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada gambar-gambar yang terlukis di dinding dan langit-langit goa. Segera dia memberi tahu anggota tim lainnya yang sedang ngobrol di dekat kotak ekskavasi hingga semuanya bergegas menuju lokasi lukisan.

Gua Harimau, begitu penduduk menyebutnya, sekitar 2 kilometer di selatan Desa Padang Bindu, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Konon, goa ini tempat kediaman harimau sehingga tidak seorang pun berani memasukinya.

Lokasi goa cukup tersembunyi di lereng perbukitan karst sehingga untuk mencapainya harus memanjat tebing yang cukup terjal. Pepohonan besar dan semak belukar yang menutupi lereng bukit semakin menyembunyikan goa hingga tak seorang pun mengira jika di atas Kali Aman Basa yang sering dilewati penduduk menuju kebun itu terdapat sebuah goa besar.

Adalah Bapak Ferdinata (50), penduduk Padang Bindu, yang pertama kali menginformasikan keberadaan goa ini, tahun 2008, ketika kami melakukan penelitian di Gua Karang Pelaluan, tidak jauh dari obyek wisata Gua Putri. Ceritanya yang sungguh-sungguh membuat kami tertarik untuk meninjaunya.

Setelah melalui jalan setapak yang licin dan berlumpur di tengah hutan, dengan terengah- engah kami pun sampai di goa yang diceritakan. Benar, goa sangat besar dengan pintu masuk yang lebar dan tinggi, memiliki ruang depan dan belakang yang sangat luas. Kondisi ruang depan terlindung oleh bukit yang memayungi di atasnya, beserta pecahan-pecahan tembikar dan alat-alat batu di permukaannya, meyakinkan kami akan keberadaan sebuah goa hunian prasejarah yang ideal sehingga kami pun merencanakan penelitian intensif pada tahun berikutnya.


Figuratif dan nonfiguratif


Lukisan di Gua Harimau terpusat di pojok timur goa dengan sebagian besar pada permukaan dinding yang agak rata. Warna lukisan yang merah-kecoklatan membuatnya cukup menonjol di permukaan dinding goa.

Sebuah lukisan terbesar menyerupai anyaman tikar berbentuk segi empat segera menarik perhatian. Di sampingnya terdapat gambar anyaman lagi berukuran lebih kecil yang sedang dilintasi gambar hewan melata dengan moncong ke atas (ular?). Gambar serupa juga dijumpai di bagian lain. Di bawahnya lagi terlihat seekor hewan berkaki empat menyerupai rusa.

Masih banyak lukisan lain di sekitarnya yang tampak lebih jelas berupa hewan menyerupai rusa dan ayam dengan ekor yang memanjang miring ke atas. Lukisan-lukisan lainnya sudah terputus-putus karena sudah terhapus. Di bagian langit-langit goa masih terdapat lukisan lain, baik yang agak utuh maupun yang sudah rusak. Beberapa di antaranya menggambarkan hewan menyerupai anjing dan hewan lain yang sulit dikenali. Ada juga gambar kumpulan garis-garis lurus sejajar vertikal, belah ketupat, dan lingkaran konsentris bersusun tiga.

Di bagian lain terdapat gambar yang kelihatannya sekadar olesan cat memanjang pada bagian permukaan yang menonjol sehingga memfantasikan hewan melata. Tampak pula coretan- coretan berjejer menyerupai tulisan dan masih terdapat gambar-gambar lain yang sulit dikenali karena sudah terhapus.

Keseluruhan lukisan tersebut dapat dibedakan dalam kelompok figuratif dan nonfiguratif. Kelompok pertama terkait dengan benda (tikar) atau makhluk nyata (hewan) yang mungkin dimaksudkan menggambarkan kondisi di sekitar lingkungan kala itu. Kelompok kedua diekspresikan dalam bentuk-bentuk geometris dan garis-garis. Belum jelas makna dari gambar-gambar itu, tetapi bisa jadi merupakan simbol yang terkait nilai-nilai atau alam pikir si pembuat dan masyarakatnya.


Paradigma baru


Penemuan lukisan di Gua Harimau mengisyaratkan keberadaan lukisan lain di daerah Padang Bindu. Memang, dari sekitar 20 goa yang telah dieksplorasi tim kerja sama Puslitbang Arkeologi Nasional (Arkenas) dan IRD Perancis pada awal 2000-an, tidak satu pun menyimpan lukisan goa, kecuali jejak-jejak hunian manusia dari rentang 9000-2000 tahun lalu. Kondisi inilah yang selama ini memperkuat anggapan bahwa lukisan prasejarah tidak ada di wilayah karst Padang Bindu.

Akan tetapi, penemuan terakhir ini telah membalikkan anggapan itu, bahkan mengubah pandangan lama atas zona sebaran lukisan. Belasan tahun lalu, para arkeolog meyakini Indonesia bagian barat tidak tersentuh lukisan goa. Namun, lewat penemuan-penemuan baru di Kalimantan, anggapan itu direduksi menjadi Sumatera dan Jawa. Sekarang, melalui penemuan di Gua Harimau, Sumatera (dan barangkali Jawa), anggapan itu minta direvisi lagi.

Dalam konteks regional, budaya seni karang (rock art) yang terdiri atas seni lukis (rock painting), seni pahat (rock carving), dan seni gores (rock engraving) tersebar luas di kawasan Indonesia timur, Filipina dan Asia Tenggara daratan, hingga Melanesia barat dan Australia. Di wilayah Kakadu di bagian utara Australia, lukisan goa sudah dikenal sejak sekitar 30.000 tahun lalu. Ada dugaan, wilayah ini merupakan salah satu pusat sebaran lukisan goa di dunia.

Pusat lukisan goa lainnya terdapat di kawasan Eropa Barat, khususnya di wilayah Perancis dan Spanyol. Kita masih ingat masterpiece lukisan-lukisan goa yang mendunia di Goa Lascaux, Perancis barat daya, dan di Goa Altamira, Spanyol, dari budaya Magdalenian, paleolitik atas dengan pertanggalan 17.000-15.000 tahun lalu. Namun, harus diingat penemuan belum lama ini di Goa Chavet dan Cosquer di Perancis Selatan memperlihatkan lukisan goa sudah dikenal sejak 32.000 tahun lalu dalam rentang perkembangan budaya Aurignacian di Eropa.

Bagaimana kedudukan lukisan goa di Indonesia? Sepengetahuan saya, kita belum memiliki pertanggalan absolut tentangnya. Sejauh ini pertanggalannya baru didasarkan pada analisis kontekstual di mana lukisan-lukisan umumnya terdapat di goa-goa yang mengonservasi jejak-jejak hunian dari paruh pertama Holosen.

Diduga lukisan goa merupakan bagian dari budaya preneolitik yang berkembang sejak akhir Zaman Es sekitar 12.000 tahun lalu hingga kemunculan penutur Austronesia di sekitar 4.000 tahun lalu. Goa dan ceruk alam menjadi pusat aktivitas manusia kala itu.

Selain sebagai lokasi hunian, goa juga dimanfaatkan sebagai lokasi perbengkelan pembuatan alat-alat dari batu dan tulang serta lokasi penguburan. Sisa aktivitas dijumpai dalam bentuk alat-alat serpih, alat tulang, sisa tulang hewan buruan, perapian, alat-alat perhiasan, dan kubur-kubur manusia pendukung budaya tersebut. Bagaimana dengan lukisan Gua Harimau, apakah kontemporer atau bagian yang tidak terpisahkan dari kompleks lukisan goa di Indonesia timur atau berasal dari budaya yang lebih kemudian? Jawaban pertanyaan ini masih sangat hipotetis.

Kenyataannya, lukisan-lukisan itu berada pada goa yang mengonservasi tinggalan dari kehidupan berburu dan meramu (preneolitik) dan kehidupan menetap (neolitik), yang ditampakkan oleh tinggalan kubur-kubur manusia yang sangat menonjol. Pembuatan lukisan ini boleh jadi bagian dari salah satu budaya tersebut. Jika identifikasi anjing dan ayam benar ada dalam lukisan, data ini merujuk pada budaya neolitik yang telah mendomestikasikan hewan.

Di sisi lain, lukisan-lukisan di Gua Harimau juga memiliki kesamaan dengan lukisan goa preneolitik pada umumnya. Cat tunggal yang berwarna merah- kecoklatan mengingatkan bahan yang umum pada lukisan di Indonesia timur, walaupun ada juga bahan dari pigmen hitam dan putih. Keberadaan lukisan figuratif bersama nonfiguratif juga sangat umum dijumpai pada lukisan-lukisan goa. Perbedaan-perbedaan yang ada lebih mengacu pada penonjolan figur (hewan dan lain-lain) serta motif-motif yang berbeda-beda di setiap wilayah, disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan pemikiran komunitas setempat.

Silang argumen di atas menunjukkan masih banyak yang belum dapat dijelaskan tentang lukisan goa dari Gua Harimau. Penemuan ini baru raihan awal yang membuka perspektif baru bagi penelitian yang lebih luas. Kini sebuah tantangan dihadapkan kepada kita untuk menelusuri arti dan fungsinya, tidak hanya dalam konteks budaya lokal, tetapi juga dalam budaya regional masa lampau.

Truman Simanjuntak
Ahli Peneliti pada Puslitbang Arkeologi Nasional;
Direktur Center for Prehistoric and Austronesian Studies (CPAS)

(Kompas, Jumat, 30 Oktober 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar