KOMPAS Jawa Barat, Senin, 30 Agustus 2010 - Pengembangan penelitian arkeologi Jawa Barat bermasa depan cerah. Diyakini, masih banyak aset arkeologi Jabar yang belum dikembangkan atau potensinya belum dimanfaatkan.
"Jabar bisa belajar dari daerah di Jawa Timur atau Jawa Tengah. Penemuan benda arkeologi adalah kebanggaan besar bagi mereka. Hal itu dibuktikan dengan penelitian dan promosi yang dilakukan dengan intensif," ujar Peneliti Utama Balai Arkeologi Bandung Lutfi Yondri di Bandung, Minggu (29/8).
Para arkeolog dunia, seperti dituturkan Lutfi, meyakini Jabar adalah salah bagian jalur perjalanan manusia prasejarah mongoloid dari Asia menuju Australia. Bahkan, Jabar dianggap sebagai daerah yang pertama kali disinggahi manusia prasejarah dan hewan purba di Pulau Jawa.
Ironisnya, penemuan arkeologi justru banyak terjadi di Jateng dan Jatim. Banyaknya penemuan itu terkait dengan kepedulian dan perhatian pemerintah yang demikian besar terhadap arkeologi di kedua provinsi itu.
Lutfi mengatakan, sebenarnya Jabar kaya dengan situs prasejarah. Penemuan fosil hewan prasejarah seperti kelompok gajah (Stegodon sp) dan kelompok rusa (Cervus sp) di beberapa daerah seperti Bogor, Kuningan, Cirebon, dan Ciamis adalah beberapa buktinya.
Begitu juga dengan penemuan kerangka lengkap manusia prasejarah berusia 9.600 tahun di Goa Pawon, karst Rajamandala, Bandung Barat, 2003. Bahkan, manusia purba berusia 600.000 tahun diperkirakan pernah hidup di Tambaksari, Ciamis.
"Saat ini kami masih meneliti Goa Pawon lebih lanjut. Penemuan terbaru adalah perhiasan manusia prasejarah Goa Pawon seperti gigi hiu dan kerang. Tandanya, mereka sangat kreatif dan berdaya jelajah tinggi," ujarnya.
Penemuan ini, menurut Lutfi, harus ditangani serius mengingat temuan tersebut berguna bagi ilmu pengetahuan serta menjadi sumber ekonomi dan kebanggaan daerah. Ia mencontohkan Goa Lawa di Trenggalek, Jatim. Penanganan intensif dari goa ini mampu memberikan sumbangan ekonomi dan menaikkan derajat Kabupaten Trenggalek sebagai salah satu daerah pelestari warisan arkeologi. Padahal, ragam koleksi arkeologi Goa Lawa tak sebanyak Goa Pawon.
Promosi
Oleh karena itu, ia mengimbau pemerintah daerah di Jabar mulai berpromosi, setidaknya bagi pegawai negeri sipil untuk mengunjungi lokasi arkeologi. Tujuannya, agar semakin banyak orang datang dan lantas peduli terhadap lokasi itu.
Ketua Masyarakat Geografi Indonesia T Bachtiar mengatakan, promosi lokasi penemuan benda arkeologi harus dilakukan secara terus-menerus. Efek promosi diharapkan membawa semakin banyak masyarakat guna mencintai dan mendalami sumbangan keilmuan dari peninggalan arkeologi itu.
"Dengan pengelolaan lebih baik, banyak daerah di Jabar mampu meraup nilai ekonomi dari lokasi arkeologi sekaligus memberikan sumbangan berharga bagi dunia keilmuan," ujarnya. (CHE)
"Jabar bisa belajar dari daerah di Jawa Timur atau Jawa Tengah. Penemuan benda arkeologi adalah kebanggaan besar bagi mereka. Hal itu dibuktikan dengan penelitian dan promosi yang dilakukan dengan intensif," ujar Peneliti Utama Balai Arkeologi Bandung Lutfi Yondri di Bandung, Minggu (29/8).
Para arkeolog dunia, seperti dituturkan Lutfi, meyakini Jabar adalah salah bagian jalur perjalanan manusia prasejarah mongoloid dari Asia menuju Australia. Bahkan, Jabar dianggap sebagai daerah yang pertama kali disinggahi manusia prasejarah dan hewan purba di Pulau Jawa.
Ironisnya, penemuan arkeologi justru banyak terjadi di Jateng dan Jatim. Banyaknya penemuan itu terkait dengan kepedulian dan perhatian pemerintah yang demikian besar terhadap arkeologi di kedua provinsi itu.
Lutfi mengatakan, sebenarnya Jabar kaya dengan situs prasejarah. Penemuan fosil hewan prasejarah seperti kelompok gajah (Stegodon sp) dan kelompok rusa (Cervus sp) di beberapa daerah seperti Bogor, Kuningan, Cirebon, dan Ciamis adalah beberapa buktinya.
Begitu juga dengan penemuan kerangka lengkap manusia prasejarah berusia 9.600 tahun di Goa Pawon, karst Rajamandala, Bandung Barat, 2003. Bahkan, manusia purba berusia 600.000 tahun diperkirakan pernah hidup di Tambaksari, Ciamis.
"Saat ini kami masih meneliti Goa Pawon lebih lanjut. Penemuan terbaru adalah perhiasan manusia prasejarah Goa Pawon seperti gigi hiu dan kerang. Tandanya, mereka sangat kreatif dan berdaya jelajah tinggi," ujarnya.
Penemuan ini, menurut Lutfi, harus ditangani serius mengingat temuan tersebut berguna bagi ilmu pengetahuan serta menjadi sumber ekonomi dan kebanggaan daerah. Ia mencontohkan Goa Lawa di Trenggalek, Jatim. Penanganan intensif dari goa ini mampu memberikan sumbangan ekonomi dan menaikkan derajat Kabupaten Trenggalek sebagai salah satu daerah pelestari warisan arkeologi. Padahal, ragam koleksi arkeologi Goa Lawa tak sebanyak Goa Pawon.
Promosi
Oleh karena itu, ia mengimbau pemerintah daerah di Jabar mulai berpromosi, setidaknya bagi pegawai negeri sipil untuk mengunjungi lokasi arkeologi. Tujuannya, agar semakin banyak orang datang dan lantas peduli terhadap lokasi itu.
Ketua Masyarakat Geografi Indonesia T Bachtiar mengatakan, promosi lokasi penemuan benda arkeologi harus dilakukan secara terus-menerus. Efek promosi diharapkan membawa semakin banyak masyarakat guna mencintai dan mendalami sumbangan keilmuan dari peninggalan arkeologi itu.
"Dengan pengelolaan lebih baik, banyak daerah di Jabar mampu meraup nilai ekonomi dari lokasi arkeologi sekaligus memberikan sumbangan berharga bagi dunia keilmuan," ujarnya. (CHE)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar