Gempa di Yogyakarta merusakkan sejumlah situs purbakala yang dilindungi sehingga harus ditutup sementara untuk perbaikannya.
Kerusakan menurut Dra Surayati Kepala Seksi Pelestarian dan Pemanfaatan pada Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala DIY, antara lain terjadi di kompleks Keraton Yogyakarta.
Yang paling parah kerusakannya adalah bangsal Trajumas atau Traju Kencana, sebuah ruang yang biasa dipakai Sultan untuk mengangkat pejabat tinggi seperti Patih.
Bangsal yang dipakai juga untuk menyimpan dua gamelan milik keraton yakni Kyai Guntur Madu dan Kyai Nogo Wilogo ini, hancur akibat goncangan gempa.
Dalam kompleks yang sama, juga terjadi kerusakan pada Gedong Jene, sebauah bangunan berwarna kuning didalam Keraton yang pada tahun 2000 pernah menjadi lokasi pertemuan bersejarah tokoh-tokoh reformasi termasuk Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Situs lain yang mengalami kerusakan adalah tempat pemandian para kerabat raja Yogyakarta tempo dulu, Taman Sari.
Di komplek Taman Sari yang baru dipugar sejumlah bangunan juga rusak, paling parah disitus Pulau Cemeti yang atap dan dindingnya runtuh hingga menyebabkan dua orang warga yang tinggal didekat lokasi tewas tertimpa reruntuhan.
Kerusakan lain disitus arkeologi Yogyakarta terjadi pada Museum Hamengku Buwono IX yang kaca-kaca bangunannya pecah.
Di Museum Kereta dinding juga mengalami keretakan.
Sementara dimakam kerabat keraton Imogiri terutama bagian Panggung Krapyak bagian atap dan dinding rusak, demikian pula dengan situs makam Kota Gede.
Dengan berbagai kerusakan ini, bangunan keraton dan sejumlah situs sementara ditutup untuk umum namun belum diketahui sampai kapan proses perbaikan akan berlangsung.
Penutupan juga diberlakukan terhadap komplek situs candi hindu Prambanan yang terletak diperbatasan antara wilayah propinsi Jawa Tengah dan DIY.
Kompleks candi Prambanan ditutup selama sepekan karena sebagian bangunan candi dinilai membahayakan keamanan pengunjung setelah gempa Sabtu pagi.
(Sumber: bbcindonesia.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar