KOMPAS, Senin, 18 Juni 2012 - Tim Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan pagar candi sepanjang 70 meter di lokasi Situs Liyangan di Desa Purbosari, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Namun, ujung pagar candi belum ditemukan. Sugeng Riyanto, Ketua Tim Penelitian Situs Liyangan dari Balai Arkeologi Yogyakarta, Minggu (17/6), mengatakan, melihat panjang pagar, di kompleks candi ada lebih dari satu candi. Temuan ini diperoleh dari ekskavasi Situs Liyangan tahap II, mulai Senin (11/6). Ekskavasi tahap I menemukan struktur rumah panggung kayu, bulir padi, peralatan rumah tangga, beragam arca, dan batu candi. Itu menunjukkan, di Situs Liyangan dulu ada tiga aktivitas, yaitu pertanian, pemujaan, dan hunian. (EGI)
Read More......
Tampilkan postingan dengan label Yogyakarta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yogyakarta. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 23 Juni 2012
Sabtu, 05 Mei 2012
Ditemukan Dua Kerangka Manusia Prasejarah
KOMPAS, Senin, 30 April 2012 - Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan dua kerangka manusia prasejarah di Goa Kidang, Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Satu kerangka Homo sapiens atau manusia prasejarah yang sudah berpikir maju itu ditemukan utuh, sedangkan temuan yang satunya berupa kerangka kaki. Goa Kidang berada di kawasan karst Pegunungan Kendeng Utara dan berjarak sekitar 35 kilometer dari Blora. Goa itu berupa ceruk gunung karst sedalam lebih kurang 15 meter dari permukaan tanah bukit karst. Untuk masuk ke dalam goa itu, harus menuruni jalan setapak. Ketua Tim Pola Okupasi Goa Kidang Balai Arkeologi Yogyakarta Indah Asikin Nurani, Jumat (27/4), mengatakan, kerangka Homo sapiens yang utuh ditemukan di kedalaman 115 sentimeter. Adapun kerangka Homo sapiens yang satunya berada di kedalaman 155 cm. Namun, tim baru menemukan bagian kaki karena posisi dia berada di lapisan tanah di bawah kerangka Homo sapiens yang utuh. ”Dari hasil penanggalan radiokarbon, kedua kerangka itu berada di lapisan tanah yang berusia 16.000 tahun- 20.000 tahun,” katanya. (HEN)
Label:
Kerangka,
Prasejarah,
Yogyakarta
Kamis, 16 Februari 2012
Penemuan Kapak Genggam

KOMPAS, Selasa, 14 Feb 2012 - Tim ekskavasi Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan tiga kapak genggam (chopper) di Situs Patiayam, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Senin (13/2). Temuan itu melengkapi studi tentang budaya manusia purba Homo erectus di Situs Patiayam. Mereka membuat senjata dari bahan baku yang tidak berasal dari daerahnya, tetapi dari Pegunungan Rembang yang berjarak sekitar 30 kilometer dari Patiayam.
Label:
Balai Arkeologi,
Patiayam,
Yogyakarta
Sabtu, 01 Oktober 2011
Candi Palgading, Tempat Ibadah dan Pendopo
KOMPAS, Jumat, 30 Sep 2011 - Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) DI Yogyakarta memperkirakan candi yang ditemukan di Dukuh Palgading, Desa Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, merupakan paduan tempat ibadah dan pendopo pada zaman Mataram Kuno. Kesimpulan sementara itu didapat setelah Tim Ekskavasi BP3 DI Yogyakarta melakukan ekskavasi tahap kedua. Di lahan ekskavasi itu ditemukan tatanan batu candi dan batu umpak yang tengahnya membentuk lingkaran. ”Kemungkinan besar umpak itu menjadi fondasi tiang pendopo yang jadi tempat tinggal pendeta,” kata Ketua Tim BP3 DI Yogyakarta, Wahyu Astuti, Selasa (27/9). (HEN)
Read More......
Label:
Candi,
Palgading,
Yogyakarta
Jumat, 03 Desember 2010
Candi Kimpulan: Debu Vulkanik Ancam Kondisi Batu
KOMPAS Jogja - Selasa, 30 Nov 2010 - Pembersihan batu Candi Pustakasala atau Kimpulan di kompleks kampus Universitas Islam Indonesia dari debu vulkanik Merapi berjalan sepekan ini. Debu vulkanik bercampur hujan meningkatkan keasaman batu candi sehingga membuat batu mudah lapuk.
Ketua Tim Pemugaran Candi yang juga Ketua Pokja Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) DIY Indung Panca Putra mengatakan, dampak debu vulkanik Merapi terhadap batu-batu candi, jika tak diantisipasi, terjadi 5-10 tahun mendatang.
"Batuan candi bisa rapuh dan jelas menjadi kerugian besar. Debu vulkanik, jika di udara lalu tercampur air, akan menjadi sulfat yang mengandung asam. Dampaknya, terjadi pelunakan mineral yang membentuk bebatuan candi ini. Prosesnya bisa memakan waktu bertahun-tahun," ujarnya, Senin (29/11).
Saat ini tingkat keasaman bebatuan candi menunjukkan angka 4, yang jauh dari tingkat keasaman normal, yakni 7. Diperlukan sejumlah tahapan pembersihan untuk mengantisipasi dampak buruk yang mungkin terjadi.
Bersihkan mekanis
Saat ini, yang dilakukan pada bangunan candi di kampus UII Yogyakarta di Jalan Kaliurang Km 14,5 itu adalah pembersihan secara mekanis menggunakan air. Sela-sela bebatuan disikat hati-hati menggunakan ijuk.
"Langkah selanjutnya adalahsecara kimiawi yakni mengolesi bebatuan candi dengan bahan kimia untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Namun, bebatuan candi harus kering betul. Semua bagian candi harus diolesi sempurna," kata Indung.
Secara terpisah, Kepala BP3 Herni Pramastuti mengatakan, penggalian dan pemugaran Candi Kimpulan akan diselesaikan hingga akhir 2010. Seluruh candi, baik candi induk dan pewara, akan dipugar. Demikian juga bagian pagarnya.
"Ini untuk mengembalikan bentuk utuh candi. Kami juga akan menata lingkungan sekitar, seperti pembuatan saluran air dan drainasenya," ucap Herni.
Candi Kimpulan ditemukan tak sengaja pada Desember 2009 ketika sejumlah pekerja hendak membangun perpustakaan UII. Temuan demi temuan membuat tercengang pengamat kepurbakalaan Indonesia dan luar negeri. Pembangunan perpustakaan UII pun tertunda, tetapi sepekan ini sudah dimulai.(PRA)
Read More......
Ketua Tim Pemugaran Candi yang juga Ketua Pokja Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) DIY Indung Panca Putra mengatakan, dampak debu vulkanik Merapi terhadap batu-batu candi, jika tak diantisipasi, terjadi 5-10 tahun mendatang.
"Batuan candi bisa rapuh dan jelas menjadi kerugian besar. Debu vulkanik, jika di udara lalu tercampur air, akan menjadi sulfat yang mengandung asam. Dampaknya, terjadi pelunakan mineral yang membentuk bebatuan candi ini. Prosesnya bisa memakan waktu bertahun-tahun," ujarnya, Senin (29/11).
Saat ini tingkat keasaman bebatuan candi menunjukkan angka 4, yang jauh dari tingkat keasaman normal, yakni 7. Diperlukan sejumlah tahapan pembersihan untuk mengantisipasi dampak buruk yang mungkin terjadi.
Bersihkan mekanis
Saat ini, yang dilakukan pada bangunan candi di kampus UII Yogyakarta di Jalan Kaliurang Km 14,5 itu adalah pembersihan secara mekanis menggunakan air. Sela-sela bebatuan disikat hati-hati menggunakan ijuk.
"Langkah selanjutnya adalahsecara kimiawi yakni mengolesi bebatuan candi dengan bahan kimia untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Namun, bebatuan candi harus kering betul. Semua bagian candi harus diolesi sempurna," kata Indung.
Secara terpisah, Kepala BP3 Herni Pramastuti mengatakan, penggalian dan pemugaran Candi Kimpulan akan diselesaikan hingga akhir 2010. Seluruh candi, baik candi induk dan pewara, akan dipugar. Demikian juga bagian pagarnya.
"Ini untuk mengembalikan bentuk utuh candi. Kami juga akan menata lingkungan sekitar, seperti pembuatan saluran air dan drainasenya," ucap Herni.
Candi Kimpulan ditemukan tak sengaja pada Desember 2009 ketika sejumlah pekerja hendak membangun perpustakaan UII. Temuan demi temuan membuat tercengang pengamat kepurbakalaan Indonesia dan luar negeri. Pembangunan perpustakaan UII pun tertunda, tetapi sepekan ini sudah dimulai.(PRA)
Label:
Candi,
Merapi,
Yogyakarta
Rabu, 20 Oktober 2010
Ditemukan, Piring Perunggu di Candi Kimpulan
KOMPAS, Rabu, 13 Okt 2010 - Temuan demi temuan di Candi Pustakalasala atau Candi Kimpulan di kompleks Kampus Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, semakin banyak. Temuan terbaru, Selasa (12/10), berupa satu piring dan mangkuk perunggu. Piring perunggu berdiameter 21 sentimeter (cm) dengan tinggi 2,5 cm, sedangkan mangkuk perunggu berdiameter 11 cm setinggi 4 cm. Dua benda purbakala itu ditemukan tim Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta di bawah landasan arca ganesha candi induk. "Kondisi fisik piring agak retak pada sisi tepi, sedangkan mangkuk perunggu masih utuh," kata Kepala BP3 Yogyakarta Herni Pramastuti, Selasa.(PRA)
Label:
Candi,
Yogyakarta
Sabtu, 16 Oktober 2010
Benda Temuan Candi UII Dibuatkan Museum
KOMPAS Jogja, Sabtu, 9 Okt 2010 - Arca dan barang berharga yang ditemukan di lokasi Candi Pustakasala Kampus Universitas Islam Indonesia Yogyakarta akan disimpan di museum yang dibangun seiring dengan pembangunan perpustakaan pusat universitas itu. "Penempatan tersebut bertujuan agar masyarakat dapat menyaksikan secara langsung benda-benda itu karena candi direncanakan dibuka untuk masyarakat sebagai obyek wisata sekaligus pembelajaran," kata Rektor UII Edy Suandi Hamid, Kamis di Yogyakarta. Menurut dia, candi itu akan menjadi obyek sejarah dan obyek wisata sebagai gambaran perkembangan peradaban bangsa, tetapi tidak untuk obyek peribadatan. "Tanggapan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata terhadap rencana itu cukup baik. Mereka menilai sikap yang ditunjukkan UII sangat terbuka, kooperatif, dan membantu," katanya. (ANTARA)
Label:
Candi,
Yogyakarta
Langganan:
Postingan (Atom)