Views
Oleh: Bambang Budi Utomo
Provinsi Sumatera Selatan merupakan sebuah wilayah yang umumnya berudara panas dengan rupa buminya sebagian besar daratan yang berawa dan sebagian lagi merupakan daerah kaki dan lereng pegunungan.
Daerah pegunungan yang berudara sejuk berada dekat dengan wilayah Provinsi Bengkulu di daerah sekitar Gunung Dempo. Di daerah ini terdapat sebuah kota setingkat kota administratif, yaitu Pagar Alam. Kota di daerah kaki Gunung Dempo ini merupakan sebuah kota yang berudara sejuk, layak untuk dijadikan daerah tujuan wisata dan kota peristirahatan. Apa sebenarnya hal yang menarik selain kesejukan udaranya?
Dengan latar belakang Gunung Dempo yang tingginya lebih dari 3.000 meter, di tengah areal persawahan yang menghijau, tampak bongkahan-bongkahan batu berwarna hitam. Bongkahan-bongkahan batu itu ternyata berbentuk sosok manusia yang sengaja dibuat oleh tangan-tangan terampil di masa lampau. Di dekat areal persawahan tampak mengalir sungai kecil yang pada tebingnya terdapat bilik-bilik batu. Bilik batu ini sengaja dibuat dari papan-papan batu oleh masyarakat di masa lampau.
Hunian awal
Jauh sebelum timbulnya peradaban yang ditandai dengan adanya institusi berbentuk kad?tuan di Palembang yang dikenal dengan nama Kad?tuan Sriwijaya, di daerah pedalaman hulu sungai-sungai yang bermuara di Palembang telah ada kelompok-kelompok masyarakat yang tinggal di dataran tinggi, di lereng dan kaki pegunungan, atau di tepi-tepi sungai. Tinggalan budaya dari kelompok masyarakat ini berupa alat-alat batu, tembikar, bilik-bilik batu, dan menhir yang ditemukan di daerah lereng dan kaki Pegunungan Bukit Barisan di hulu Sungai Musi dan anak-anak sungainya.
Di daerah hulu Sungai Musi, di daerah kaki Gunung Dempo, diperoleh petunjuk tinggalan budaya masa lampau yang sudah jauh berkembang pada tingkat yang lebih kompleks. Di daerah Pagar Alam ditemukan tinggalan budaya masa lampau yang berupa arca-arca batu yang berbentuk manusia dan binatang. Seorang ahli arkeologi Eropa, Heine Geldern, menilai bahwa penggambaran arca-arca ini dalam penggarapannya menyesuaikan dengan bentuk asli batunya.
Plastisitas hasil karya yang mengagumkan ini menandakan suatu pengerjaan oleh tangan yang terampil dan ahli. Mungkin karena bentuk dan hasil pengerjaan dari tangan yang terampil itulah sehingga melahirkan suatu dongeng tentang kesaktian si Pahit Lidah.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, sebagian besar arca megalit di Pasemah adalah hasil perbuatan si Pahit Lidah kepada orang atau binatang yang disumpahnya menjadi batu. Seluruh arca tersebut dapat ditemukan di situs-situs yang ada di daerah Lahat dan Pagar Alam.
Di tempat lain di daerah Pagar Alam ditemukan bilik-bilik batu yang pada salah satu dindingnya terdapat lukisan. Salah satu bentuk lukisannya menggambarkan orang sedang menggamit kerbau dengan warna merah bata, hitam, dan kuning oker. Lukisan ini mirip dengan gaya arca-arca batu yang ditemukan di permukaan tanah. Hasil pengamatan yang pernah dilakukan atas lukisan-lukisan pada dinding batu tersebut tampaknya menggambarkan aneka bentuk yang dinamis dengan memilih obyek lukisan manusia, binatang, dan burung yang memakai kombinasi warna merah, kuning, putih, dan hitam yang disamarkan sedemikian rupa sehingga menjadi menarik. peninggalan budaya yang sama ditemukan juga di Situs Tegurwangi dan Kota Raya Lembak, yang keduanya juga terdapat di sekitar Pagar Alam.
Sebuah kompleks megalit ditemukan di Situs Tinggihari berupa batu-batu menhir. Batu-batu menhir ini diberi bentuk yang menggambarkan manusia dan binatang, didirikan sepanjang jalan yang mendaki ke puncak bukit yang tingginya antara 700-1.000 meter di atas permukaan laut. Tanah pegunungan ini mempunyai rupa bumi yang bervariasi, di mana di bagian tengahnya dipotong oleh Sungai Lematang.
Situs ini terletak mulai dari tepi jalan yang menghubungkan Pulau Pinang dan Tinggihari, sekitar 4 kilometer. Dari tepi jalan raya yang menghubungkan Lahat dengan Pagar Alam.
Pada saat ini telah dibuat jalan setapak yang menuju puncak bukit sehingga kita dapat mengunjungi masing-masing arca megalit. Dari tempat ini ditemukan arca-arca megalit yang seluruhnya berjumlah sembilan buah.
Seluruh tinggalan budaya dari masa prasejarah tersebut memberikan informasi kepada kita bahwa pada masa lampau, di daerah hulu Sungai Musi, sudah terdapat hunian manusia. Hunian awal ini mengambil lokasi di daerah tepian-tepian sungai pada bidang tanah yang tinggi. Hunian yang sedikit lebih maju ditemukan di daerah kaki Gunung Dempo di sekitar kota Pagar Alam sekarang. Dari tempat ini ditemukan banyak arca megalit dan bilik-bilik batu yang berhiaskan lukisan dari bahan oker.
Kelompok-kelompok permukiman tersebut biasanya ditemukan di tepi-tepi sungai kecil dengan tebing yang cukup tinggi. Sungai kecil ini pada akhirnya menjadi sungai besar dan ada yang bermuara di Sungai Musi. Pada masa lampau sungai memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Peranan sungai antara lain sebagai jalur transportasi air. Melalui sungai, orang membawa komoditas dagang untuk dipasarkan di tempat lain.
Peranan daerah pedalaman ini cukup berpengaruh terhadap perkembangan Palembang menuju sebuah kota. Menurut teori modern, perkembangan sebuah kota dapat ditentukan oleh adanya tingkat pertambahan penduduk dan jaringan sistem transportasi, misalnya tempat pemberhentian alat transpor (halte), tempat untuk memindahkan angkutan, dan banyaknya persimpangan jalan. Faktor tersebut menyebabkan perkembangan di bidang lain, misalnya bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Obyek wisata
Undang-Undang Otonomi Daerah memberikan peluang kepada daerah untuk berkembang sesuai dengan kemampuan daerah yang bersangkutan. Ada daerah yang kaya akan sumber daya alamnya, tetapi ada juga yang kurang.
Salah satu sumber daya yang dapat dijadikan penghasilan daerah adalah sumber daya budaya. Sumber daya ini, apabila dapat dikelola dengan baik untuk tujuan wisata budaya, akan memberikan keuntungan bagi daerah tersebut.
Pada dasarnya kota Pagar Alam merupakan sebuah kota yang mempunyai potensi sumber daya yang dapat memberikan masukan ke kocek pemerintah daerah. Potensi itu antara lain dari perkebunan kopi, udara pegunungan yang sejuk, dan juga sumber daya budaya. Di samping itu, memungkinkan para remaja untuk mendaki Gunung Dempo. Semuanya itu dapat dikembangkan apabila dapat dikemas dengan baik.
Pagar Alam terletak di perjalanan antara Bengkulu dan Lahat. Dari Bengkulu jaraknya 125 km dan dari Lahat sekitar 60 km. Sementara dari Palembang sekitar 500 km. Suatu jarak yang cukup melelahkan apabila wong Palembang hendak beristirahat di Pagar Alam, tetapi relatif tidak terlalu jauh dari Bengkulu dan Lahat.
Mungkin kendala jarak dapat dikesampingkan apabila sarana jalan dan tempat peristirahatan/wisata di Pagar Alam cukup memadai. Penginapan sederhana yang cukup memenuhi syarat untuk tempat beristirahat mungkin dapat menarik minat wisatawan untuk tinggal berlibur.
Bambang Budi Utomo
Kerani Rendahan pada Pusat Penelitian Arkeologi Nasional
Kerani Rendahan pada Pusat Penelitian Arkeologi Nasional
(Sumber: Kompas, Jumat, 26 Agustus 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar