Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net

Minggu, 07 September 2008

Koleksi Manik untuk Mengurai Masa Lampau

Views


Oleh DJULIANTO SUSANTIO

Mengoleksi manik-manik, mengapa tidak? Selain banyak dicari orang, kita juga bisa belajar sejarah masa lampau. Tertarik?

Sekarang ini aksesori yang terbuat dari manik-manik, apalagi yang berfungsi sebagai benda koleksi, semakin banyak digemari orang dari berbagai kalangan. Manik-manik adalah benda kecil yang umumnya berbentuk bulat atau lonjong dan mempunyai lubang di tengahnya. Biasanya manik-manik dirangkai menjadi satu dengan kawat halus atau tali senar.


Seni

Umumnya, para kolektor lebih menyukai manik-manik kuno dibandingkan manik-manik modern. Itu pun bukan dalam bentuk untaian perhiasan, melainkan berupa koleksi tunggal.

Koleksi-koleksi itu dikumpulkan satu per satu. Bila butiran manik-manik sudah dianggap cukup, baru dirangkai menjadi aksesori yang bernilai seni, misalnya kalung, tas, dan pakaian. Biasanya tergantung selera si kolektor dan banyaknya butiran. Bila butiran cuma sedikit, pilihan adalah cincin atau gelang.

Waktu yang dibutuhkan oleh seorang kolektor untuk meronce manik-manik sampai menjadi untaian kalung atau perhiasan lain tidak menentu lamanya. Hal ini sangat bergantung pada desain. Bahkan, perhiasan yang sudah jadi pun sering kali harus dirombak lagi karena ketidakpuasan si kolektor. Syarat terpenting untuk menjadi kolektor manik-manik adalah keuletan mencari, ketekunan mengumpulkan, dan jiwa seni meronce.

Cara mendapatkan manik-manik yang utama adalah berburu ke daerah pedalaman. Kalau benar-benar kolektor murni, biasanya dia merasa cukup bila sudah memiliki satu atau dua butir manik-manik dari jenis dan ukuran yang berbeda. Manik-manik pun bisa diperoleh dari pedagang barang antik atau pedagang loak di berbagai tempat.

Karena minat kepada manik-manik sudah relatif tinggi, penipuan pun kadang terjadi. Misalnya dengan sengaja memendam manik-manik di daerah pedalaman selama beberapa bulan. Cara lain adalah dengan memoleskan cairan kimia pada permukaan manik-manik. Manik-manik palsu juga sering didatangkan dari luar negeri.

Kesulitan utama kolektor pemula biasanya ketika membersihkan dan merawat manik-manik. Manik-manik yang baru diperoleh sebaiknya dicuci dengan detergen. Kalau perlu, campurkan air pencuci dengan kaporit. Jangan sekali-sekali memakai larutan kimia karena terlampau keras. Nanti malah bisa mengubah warna manik-manik tersebut.

Setelah dibersihkan, letakkan manik-manik di tempat lembut agar tidak pecah. Apalagi terhadap manik-manik yang terbuat dari kaca. Sayang, "si kecil berlubang" ini belum mempunyai patokan harga, macam katalogus. Jadi, kolektor pemula sulit memprediksi anggaran yang harus disediakan.


Bekal kubur

Manik-manik merupakan benda yang universal. Benda kecil ini ada pada setiap suku bangsa mana pun di dunia dan sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Pada zaman Batu Tua, masyarakat purba menggunakan manik-manik sebagai kalung. Pada zaman Batu Baru, jumlah dan variasi manik-manik lebih beragam dibandingkan masa-masa sebelumnya.

Di Mesopotamia (sekarang Irak), yang penanggalannya sekitar tahun 2000 sebelum Masehi (SM), pernah ditemukan manik-manik gading dari kalsit tembus cahaya. Manik-manik ini terbuat dari bahan kamelian, akik, dan kuarsa. Banyak di antaranya mempunyai ukiran yang menarik.

Manik-manik pernah pula ditemukan di situs Mesir purba. Manik-manik dari situs ini terbuat dari kulit kerang, batu pirus, dan batu-batu permata lain. Dari masa yang lebih muda, kebudayaan Mesir meninggalkan manik-manik kaca yang penanggalannya sekitar tahun 1300 SM.

Pada zaman kekaisaran Moghul di India, para cewek sering menggunakan perhiasan manik-manik. Juga wanita-wanita di Cina. manik-manik batu giok menjadi peninggalan yang dibanggakan pada masa itu.

Di Amerika Selatan, peradaban pra-Kolombia dan Meksiko menghasilkan manik-manik dari kulit kerang, batu pirus, kuarsa, dan emas. Pada bagian lain, orang-orang Indian menggunakan manik-manik sebagai mata uang, kalung, gelang, ikat pinggang, dan dekorasi pakaian.

Secara luas, bahan-bahan yang digunakan membuat manik-manik adalah kulit kerang, kayu, getah kayu, keramik, gerabah, lempung, tulang, batu, kaca, dan logam. Itu pun dapat dipilah-pilah lagi, misalnya batu terdiri atas kornelian, oniks, andesit, giok, dan kalsedon.

Di Indonesia, manik-manik sudah dikenal sejak zaman prasejarah. Benda ini ditemukan hampir di setiap situs arkeologi, terutama di daerah penemuan kubur kuno. Dulu, manik-manik berfungsi sebagai benda pusaka, jimat, atau penolak bala dan sebagai alat tukar (semacam uang primitif). Manik-manik berfungsi pula sebagai bekal kubur dan benda perlengkapan upacara keagamaan.

Manik-manik yang ditemukan di Indonesia mempunyai bermacam-macam bentuk dan ukuran. Ada yang bulat dan silindris, ada pula bulat panjang dan berfaset-faset. Bentuk yang terkecil berukuran sebesar kepala jarum. Adapun warna-warna yang umum dikenal adalah hitam, merah, coklat, biru, hijau, kuning, putih, dan ungu.

Dari beberapa penelitian diketahui, beberapa manik-manik kuno yang ditemukan di Indonesia berasal dari India, Cina, Asia Barat, Mesir, dan Eropa. Rupanya perdagangan pada masa purba sudah terjalin sebelum abad Masehi.

Manik-manik dibuat dengan berbagai cara, tergantung dari jenis bahannya. Penggosokan yang cermat dilakukan terhadap batu-batuan untuk memperoleh manik-manik dalam berbagai bentuk. Lubang manik-manik diperoleh dengan gurdi (bor) dari dua arah pada pinggir manik-manik. Pembuatan manik-manik dari tanah liat dilakukan dengan terlebih dulu melilitkan tanah pada kawat. Kawat tersebut ditarik dan "pipa" dari tanah liat itu dipotong dalam bagian-bagian kecil, kemudian dibakar.

Manik-manik yang dibuat dari kaca diperoleh dengan membakar bahan kaca sampai cair, selanjutnya dituang ke dalam cetakan. Setelah itu, benda yang dihasilkan diupam sampai halus. Cara ini khusus diterapkan pada manik-manik kaca yang agak besar, antara lain yang bentuknya berfaset-faset. Cara lain adalah menusukkan sepotong kayu ke dalam cairan kaca dan memutarkannya sehingga kaca yang mulai mengeras melekat pada kayu (Sejarah Nasional Indonesia I, halaman 286-287).

Secara umum, teknik pembuatan manik-manik kaca ada dua, yaitu teknik putar dan teknik tarik. Dari sejumlah besar temuan manik-manik, beberapa di antaranya tergolong unik dan langka, misalnya berinskripsi (tulisan kuno).


Pasir angin


Salah satu situs arkeologi yang kaya akan manik-manik adalah Pasir Angin, di Jawa Barat. Dalam ekskavasi (penggalian) yang dilakukan tahun 1972, sebuah tim arkeologi menemukan 68 manik-manik, jumlah yang relatif banyak.

Sebagai data sejarah, manik-manik tidak dapat berdiri sendiri. Artinya, untuk menghasilkan penafsiran harus dihubungkan dengan benda-benda lain yang masih berada dalam konteks temuan. Misalnya, kalau bersama-sama besi, perhiasan, dan keramik, boleh jadi manik-manik merupakan benda perdagangan. Atau kalau berada di antara gerabah dan rangka manusia, ditafsirkan manik-manik adalah bekal kubur.

Manik-manik dari Pasir Angin merupakan temuan yang berada dalam konteks ekskavasi. Ini yang menguntungkan para arkeolog. Selain manik-manik, temuan lain adalah periuk, pecahan gerabah, pecahan keramik, benda-benda perunggu, beliung, gelang kaca, benda besi, batu bulat, batu pipih, dan arang.

Manik-manik tersebut berbentuk bundar, cincin, dan bidang dua belas. Bentuk bundar, yaitu bentuk membulat seperti bola, ukuran panjang dan lebarnya relatif sama. Warna yang dikenal adalah putih, hijau, dan hitam.

Bentuk cincin, yaitu bentuk bulat cembung, dinding manik-manik lebih tipis/tebal daripada garis tengah lubang manik-manik. Warna-warna yang menonjol adalah biru, hijau, merah tua, dan kuning.

Bentuk bidang dua belas terdiri atas bidang-bidang segi empat. Jenis manik-manik ini berwarna putih bening dan merah jingga.

Manik-manik Pasir Angin berhubungan dengan temuan-temuan sertanya. Uniknya, keseluruhan temuan berderet menghadap ke arah timur bukit. Diperkirakan, situs Pasir Angin berasal dari sekitar tahun 1000 SM. Pada masa ini berkembang kepercayaan kepada arwah nenek moyang.

Didukung bukti bahwa selama ekskavasi tidak ditemukan sisa-sisa tulang manusia dan hewan, diperkirakan situs Pasir Angin bukanlah situs kubur atau situs permukiman. Temuan itu menunjukkan pendapat bahwa Pasir Angin merupakan situs pemujaan belaka. Karena itu, manik-manik tadi berfungsi sebagai benda perlengkapan upacara keagamaan.

Manik-manik agaknya merupakan perhiasan pertama yang dikenal manusia karena sifatnya yang tahan lama. Selain itu, merupakan karya seni yang paling kecil dan paling indah. Sampai kini manik-manik masih dianggap sebagai salah satu artefak untuk mengurai sejarah masa lampau. Manik-manik dapat bercerita banyak tentang perdagangan, gagasan, pembaruan teknologi, perindustrian, apresiasi seni, pengaturan sosial, dan kepercayaan magis-religius.

Di sisi lain, meningkatnya kolektor manik-manik di dalam negeri dan luar negeri menyebabkan terjadinya penggalian liar pada sejumlah situs arkeologi. Manik-manik telah menjadi bisnis besar. Bahkan, banyak orang di Indonesia lebih bergairah memilikinya daripada memahaminya.

Kalau di luar negeri sudah ada pusat penelitian manik-manik, mengapa di Indonesia belum? Padahal, temuan manik-manik kuno di Indonesia amat beragam, mulai dari bahan dan bentuknya, hingga warna dan fungsinya.

DJULIANTO SUSANTIO Arkeolog, Tinggal di Jakarta

(Kompas, Jumat, 23 Januari 2004)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dictionary

Kontak Saya

NAMA:
EMAIL:
SUBJEK:
PESAN:
TULIS KODE INI: