Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net

Minggu, 07 September 2008

Manfaat Berkoleksi Numismatik

Views


Oleh: DJULIANTO SUSANTIO


Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan menggeluti dunia numismatik (koleksi mata uang bersejarah). Mulai manfaat secara psikologis sampai ke keuntungan finansial. Menarik?

Apa saja sih manfaat hobi unik satu ini? Pertama, untuk mengisi waktu senggang (rekreasi). Dengan memilih, mengatur, dan menyusun koleksi ke dalam album, maka waktu luang tidak terbuang sia-sia.

Kedua, untuk melatih kedisiplinan dan ketekunan. Memilih, mengatur, dan menyusun koleksi tidak boleh dilakukan sembarangan. Semakin disiplin dan tekun, semakin mantap seorang numismatis dalam berkoleksi.

Ketiga, untuk meningkatkan pengetahuan (edukasi). Banyak numismatis menganggap mata uang adalah sumber informasi berharga untuk melihat gambar/peristiwa yang tersirat pada koleksi.

Keempat, untuk menjalin persahabatan (komunikasi). Sering kali seorang numismatis memperoleh koleksi dengan cara tukar-menukar dengan atau hadiah dari sahabat pena melalui kegiatan korespondensi.

Kelima, untuk mendatangkan gagasan (inspirasi). Melalui gambar yang menawan, misalnya, seorang penulis atau pelukis bisa menghasilkan karya yang bermutu.

Keenam, untuk memperoleh keuntungan finansial atau materi (ekonomi). Untuk jangka waktu ke depan bisa jadi mata uang yang kita simpan akan melambung tinggi harganya.


Sebagai investasi

Manfaat-manfaat di atas akan terpenuhi jika kita mempunyai koleksi yang baik. Koleksi numismatik yang baik terletak pada kelengkapan, keaslian, dan kondisi benda tersebut. Semakin lengkap suatu seri mata uang, maka koleksi semakin berkualitas. Apalagi bila benar-benar asli dan kondisinya sangat bagus.

Namun, melengkapi materi tersebut tidak terkira sulitnya. Jangankan numismatis yunior, para seniornya pun merasakan kendala tersebut. Tak terkecuali mereka yang benar-benar berkocek tebal. Biar bagaimanapun, itulah seninya berkoleksi, sulit namun mempunyai nilai tambah.

Sebagai benda investasi yang akan memberikan keuntungan berlipat merupakan manfaat yang paling banyak diharapkan para numismatis. Apalagi bagi mereka yang berkoleksi sebagai kolektor merangkap pedagang, dealer atau investor.

Kalau benar-benar numismatis murni, manfaat ekonomi tidak begitu dipedulikan. Seorang numismatis merasa cukup kalau sudah memiliki sebuah koleksi dari jenis koleksi dan seri yang berbeda. Kelebihan koleksi baru dijual untuk membeli koleksi-koleksi lain yang belum dimilikinya.

Berapa keuntungan yang bakal diraih dengan menyimpan mata uang Indonesia? Mengukur nilai dan harga uang lama Indonesia, tidak semudah seperti menentukan nilai atau harga yang baru beredar di masyarakat. Pada uang baru jelas tertera nlai nominalnya.

Keadaan ini sangat berbeda bila suatu mata uang berfungsi sebagai benda koleksi di dunia numismatik. Harga yang ditawarkan pedagang akan lebih tinggi dari nilai nominalnya. Misalnya uang kertas bergambar R A Kartini (Rp 10.000/1985), saat ini dalam kondisi Unc/unicirculated (sangat bagus) berharga kira-kira Rp 30.000. Agar tidak terjerumus, kita bisa melihatnya di buku-buku katalog mata uang yang saat ini banyak dijumpai di pasaran.

Di pasaran internasional sendiri harga penawaran mata uang indonesia menunjukkan kecenderungan yang menggembirakan. Harga koleksi-koleksi tersebut mengalami kenaikan cukup berarti dari tahun ke tahun, meskipun tidak terlampau tinggi. Yang berharga paling "aduhai" adalah beberapa mata uang darurat daerah URIPS/ORIPS (Uang/Oeang Republik Indonesia Propinsi Sumatera).

Uang-uang lainnya ada juga yang berharga mahal, terutama yang tergolong unik dan langka. Koleksi numismatik bisa merupakan "tabungan hari depan" karena harganya yang tidak pernah turun.


Nomor cantik


Nomor-nomor cantik, unik, dan istimewa, juga dikenal dalam koleksi mata uang kertas. Hal-hal seperti ini mulai mendapat perhatian para numismatis sejak beberapa tahun yang lalu. Ini karena koleksi mata uang relatif bersifat statis, dalam arti mata uang tidak terbit sepanjang tahun seperti halnya prangko. Maka untuk memperoleh sesuatu yang baru pada koleksi mata uang sekaligus menambah perbendaharaan koleksi, megumpulkan uang kertas yang bernomor seri menarik merupakan pilihan utama. Nomor seri tersebut terdapat pada uang yang masih beredar atau yang sudah tidak beredar lagi.

Di AS dunia numismatik sudah begitu maju. Maka para kolektor sering memburu uang-uang dollar bernomor seri istimewa sejak lama. Mereka berani membeli koleksi tersebut dengan harga tinggi. Di Indonesia uang-uang rupiah demikian berharga beberapa kali lipat dari nominalnya, tergantung bagaimana kondisi dan keistimewaan uang tersebut.

Sekadar gambaran, uang kertas Rp 100 yang masih berlaku dan bernomor seri 000001 ditawarkan seharga Rp 10.000 per lembar. Uang kertas Rp 1.000 yang juga masih berlaku dan bernomor seri 123456 ditawarkan Rp 40.000 per lembar. Harga akan semakin meningkat bila uang kertas tersebut sudah tidak beredar lagi di pasaran.


Enam digit


Nomor seri uang rupiah biasanya terdiri atas tiga huruf di- ikuti enam angka (digit). Letaknya di bagian kiri bawah (berwarna hitam) dan kanan atas (berwarna merah) di sisi belakang sebuah koleksi. Nomor-nomor khusus yang di koleksi para numismatis pada garis besarnya terbagi dalam enam kategori.

Pertama, deretan angka yang sama, misalnya 111111, 222222, dan seterusnya. Semua nomor kembar enam dianggap istimewa. Kedua, deretan angka pertama, misalnya 000001, 000002, dan seterusnya. Dari angka-angka ini yang dianggap paling istimewa adalah 000001.

Ketiga, sebuah angka yang diikuti deret angka 0, misalnya 100000, 200000, dan seterusnya. Semua angka dianggap istimewa. Keempat, deretan angka yang berurutan, baik meninggi maupun menurun, misalnya 123456, 876543, dan seterusnya. Semua angka juga dianggap istimewa.

Kelima, deretan angka yang mengingatkan kita pada peristiwa tertentu, misalnya 170845 (hari proklamasi kemerdekaan), 281028 (hari sumpah pemuda), hari kelahiran kita, dan seterusnya. Semua angka dipandang menarik, walaupun tidak terlalu istimewa.

Keenam, deretan angka yang dianggap menarik bagi tiap individu, misalnya 101010, 200002, dan seterusnya. Angka- angka ini pun dipandang tidak terlalu istimewa.

Selain itu, para numismatis juga sering memperhatikan deretan huruf di muka nomor seri. Deretan tiga huruf ini bisa di tafsirkan sebuah singkatan kata-kata, tergantung dari imajinasi kita. Kata-kata itu biasanya populer di masyarakat. Contohnya ABG… (Anak Baru Gede), PBB… (Perserikatan Bangsa-Bangsa), JFK… (John F Kennedy), dan seterusnya. Singkatan itu bisa pula nama diri kita atau keluarga kita.

Kita kan sangat beruntung bila mempunyai koleksi yang berhuruf sekaligus bernomor seri unik, misalnya HPK170845. Singkatan ini bisa di imajinasikan hari Proklamasi Kemerdekaan 17-08-45.

Di Jakarta tidak terlalu sulit untuk mencari koleksi seperti ini. Beberapa toko atau kios numismatik/filateli sering menjual koleksi bernomor cantik. Sejumlah numismatik terkadang melepas koleksinya yang didobel untuk ditukar dengan koleksi lain yang belum dimilikinya.


Bentuk-bentuk koin


Jadi numismatik hanya berkisar soal koleksi uang kertas? Ya tidaklah. Hobi ini tentu termasuk mengoleksi uang dalam bentuk koin.

Umumnya uang logam (koin) yang kita kenal sekarang berbentuk lingkaran. Namun, sesungguhnya koin memiliki aneka ragam dan bentuk. Bentuk yang mula-mula adalah bentuk yang tidak beraturan. "Koin" seperti ini dikenal pada masa pra- sejarah hingga awal peradaban manusia, namun tidak melulu terbuat dari logam. Bahan-bahan yang relatif tahan lama dan sukar diperoleh, kemudian dijadikan semacam alat tukar. Uang primitif ini antara lain terbuat dari batu, logam, kulit hewan, tulang hewan, gigi hewan, cangkang kerang, dan kacang-kacangan.

Pada zaman purba, bentuk dan ketebalan koin tidak penting. Di banyak negara koin berbentuk "aneh" menjadi perhatian para numismatis.


Terus berkembang

Zaman terus berkembang, koin pun memiliki ukuran standar. Setelah itu tercipta berbagai bentuk geometri. Namun bentuk mana yang muncul paling awal, masih menjadi bahan penelitian para pakar.

Di sejumlah negara banyak ditemukan koin berbentuk persegi atau segi-4. Agar kelihatan tidak kaku, maka pada setiap sudutnya dibuat lekukan. Pada abad ke-16 hingga ke-19, koin berbentuk segi-4 antara lain dikenal di Kekaisaran Moghul (India), Jerman, dan Skandinavia. Pada masa yang lebih modern, koin seperti itu terdapat di Ceylon (Sri Lanka), Burma (Myanmar), Filipina, Banglades, Polandia, dan Kolombia.

Bentuk yang agak unik, berupa segi tiga, dikenal beberapa waktu kemudian. Koin seperti itu tergolong langka karena hanya beberapa negara yang secara resmi pernah mengeluarkannya, antara lain Gabon dan Kepulauan Cook.

Koin yang mempunyai banyak sisi (poligon) dijumpai di berbagai belahan dunia. Diperkirakan yang tertua berasal dari Augsburg (abad ke-18, bersisi-8) Yang lebih muda berasal dari Belize (bersisi-5), Jibouti (bersisi-6), Inggris (bersisi-7), Gibraltar, Kep Falkland, Barbados, dan Tonga (bersisi-8), Afganistan, Kolombia, dan Dominika (bersisi-10), serta Kep Cook, Australia, dan Seychelles (bersisi-12).


Tuna aksara


Bentuk lain adalah koin bergelombang. Jumlah gelombang yang terkandung dalam sisi koin, umumnya berbeda-beda. Di- perkirakan koin bergelombang dikeluarkan untuk mengatasi penduduk yang tuna aksara. Dengan menghitung tonjolan pada sisinya, diharapkan penduduk akan mampu mengenali setiap bentuk koin. Sebagian koin bergelombang dikeluarkan oleh negara-negara Asia dan Afrika, karena memang tingkat tuna aksara banyak terdapat di kedua benua itu.

Hingga kini beberapa negara masih mengeluarkan koin bergelombang, di antaranya Israel, Hongkong, Sri Lanka, dan Kep Cook. Sampai sejauh ini koin bergelombang tertua berasal dari masa Kekaisaran Moghul.

Bentuk lain yang relatif jarang dijumpai adalah lingkaran dengan lubang di bagian tengah. Bentuk lubang juga berupa lingkaran, namun lebih kecil. Negara kita di masa-masa kemerdekaan pernah mengeluarkan koin jenis ini.

Uniknya, beberapa koin memiliki lubang yang agak besar, sehingga bentuk koin terkesan ramping. Malah sejumlah koin memiliki lubang berbentuk segi-4. Ini lain dari kebiasaan umumnya.

Sukar dipastikan mengapa pemerintah suatu negara mengeluarkan koin berlubang. Diduga hal ini untuk mencegah pemalsuan dan penghematan bahan dasar atau mengurangi berat.

Dunia numismatik di Indonesia pada masa modern kelihatan masih monoton. Dari dulu hingga sekarang, bentuk-bentuk koin yang diterbitkan masih berupa lingkaran. Jadi tidak ada perubahan bentuk.

Hal ini berbeda dengan dunia filateli. Pada awalnya bentuk prangko hanya segi-4. Namun karena desakan para filatelis, maka pemerintah pernah menerbitkan prangko berbentuk segi tiga, belah ketupat, segi lima, dan lingkaran.

Sebaiknya, penerbitan koin pun di sesuaikan dengan selera pasar. Para numismatis mengharapkan sekali bentuk koin yang agak berbeda. Mudah-mudahan bisa terlaksana dalam waktu dekat.

DJULIANTO SUSANTIO
Numismatis, tinggal di Jakarta

(Kompas, Jumat, 3 Oktober 2003)

1 komentar:

  1. Bagus blog anda,isinya buat semua kalangan. Btw gimana komputer anda pk djulianto. masih ada masalah.
    dr:harry nisar

    BalasHapus

Dictionary

Kontak Saya

NAMA:
EMAIL:
SUBJEK:
PESAN:
TULIS KODE INI: