Views
Oleh Bambang Budi Utomo
Di luar negeri, apabila kita diketahui berasal dari Indonesia, biasanya akan disusul pertanyaan lanjut: Indonesia itu sebelah mananya Bali? Dialog singkat semacam ini kadang terjadi di beberapa negara Eropa pada saat ini.
Di masa lampau, pada abad ke-16—ketika sedang ramai-ramainya perdagangan rempah melalui laut—mungkin saja dialog semacam itu pernah terjadi. Tetapi yang ditanyakan berbeda. Ketika seorang saudagar dari Halmahera ditanya saudagar Eropa dari mana asalnya, dia akan menjawab dari Halmahera. Si penanya akan bertanya lagi, Halmahera itu ada di sebelah mananya Ternate?
Pada era perdagangan rempah, Ternate begitu dikenal di seluruh penjuru dunia. Mulai dari Tiongkok di timur, sampai Amsterdam di barat. Sekarang, Ternate bahkan nyaris tidak dikenal oleh sebagian besar orang Indonesia.
Boleh jadi akan dikatakan bahwa Ternate ada di Pulau Halmahera. Ini karena Ternate merupakan sebuah pulau kecil di sebelah barat Pulau Halmahera. Dalam peta yang berskala besar, Ternate seperti berada di pantai barat Halmahera. Mengapa Ternate begitu dikenal pada era perdagangan rempah?
Perdagangan rempah
”Saudagar-saudagar Melayu mengatakan bahwa Tuhan menciptakan Timor untuk kayu cendana dan Banda untuk fuli (dan pala), sedangkan Maluku (utara) untuk cengkeh, dan barang-barang dagangan ini tidak tumbuh di tempat lain di dunia kecuali di tempat itu.”
Demikian gunjingan saudagar Portugis di Melaka pada abad ke-17. Daya tarik cengkeh, pala, dan bunga pala menjadi dorongan utama perkembangan perdagangan antarbangsa di Asia Tenggara.
Pohon cengkeh (Eugenia aromatica) terdapat di Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan. Pala dan bunga merahnya diperoleh dari pohon pala (Myristica fragrans) yang terdapat di Pulau Banda. Setelah tahun 1550, pohon-pohon ini ditanam di kawasan lain di Nusantara. Dengan kemajuan teknologi budidaya tanaman, pada akhirnya pohon ini dapat ditanam di beberapa tempat di dunia, antara lain Zanzibar, Afrika Barat.
Melalui komoditas cengkeh dan pala, dapat ditelusuri jalur-jalur pelayaran dan perdagangan sampai seberapa jauh hubungan Maluku dengan dunia luar. Sebuah sumber tertulis Romawi tahun 75 Masehi, Plinius Major, menyebutkan adanya garyophyllon (nama tumbuhan yang hanya dapat tumbuh di hutan sakti India). Dari keterangan sumber tersebut, Rouffaer menduga bahwa yang dimaksud dengan garyophyllon adalah cengkeh dan telah dikenal di Benua Eropa pada awal abad Masehi.
Namun, jauh sebelum itu, pada sebuah ekskavasi arkeologi di situs Terqa (Mesopotamia, Syria) ditemukan sebuah jambangan yang penuh berisi cengkeh. Jambangan ini ditemukan pada sebuah ruangan dapur rumah sederhana yang berasal dari sekitar tahun 1700 SM.
Sumber Eropa lainnya menyebutkan bahwa St Silvester, seorang uskup Roma (314-335 Masehi), menerima hadiah 150 pon cengkeh. Sumber lain menyebutkan bahwa pada tahun 547 Cosmos Indicopleustis mencatat di antara barang-barang dagangannya terdapat rempah-rempah yang didatangkan dari Tiongkok dan Sri Lanka.
Sebuah sumber Tiongkok menginformasikan bahwa salah seorang Kaisar Dinasti Han (abad ke-3 SM) mengharuskan para petinggi kekaisaran Tiongkok untuk mengulum cengkeh ketika menghadap dan berbicara dengan kaisar. Tujuannya supaya mulut petinggi tersebut berbau harum.
Informasi dari sumber-sumber tadi menimbulkan pertanyaan. Sebuah komoditas yang ”hanya” dihasilkan dari Maluku, tetapi ada di tempat lain yang letaknya jauh dari sumbernya.
Pertanyaannya, siapa yang membawa komoditas tersebut? Apakah mereka yang datang mengambil, atau saudagar Melayu dari Maluku yang membawanya? Atau dibawa secara berantai dari Maluku, lalu ke India (Sri Lanka), kemudian melalui jalan darat sampai ke Eropa. Sumber-sumber tertulis tersebut mengindikasikan bahwa bukan pembeli yang datang ke Maluku, melainkan orang-orang dari Maluku yang datang ke pasar.
Sampai seberapa jauh para pelaut/saudagar Nusantara ini mengarungi laut. Apakah mereka hanya melayari laut yang memisahkan antarpulau, atau lebih jauh lagi sampai ke Eropa di barat, atau Tiongkok di timur?
Sebuah gambar cat air yang dibuat oleh Alphonse Pellion yang berjudul ”Kora-kora from Gebe, North Moluccas, 1818” menggambarkan sebuah perahu besar dengan 9-10 pendayung dan sebuah layar besar. Perahu besar ini sangat layak untuk pelayaran jarak jauh dan dipergunakan untuk mengangkut rempah-rempah, khususnya pala dan cengkeh, ke pelabuhan entrepôt di Asia Tenggara.
Benih sengketa
Rempah-rempah merupakan komoditas yang menggiurkan pada sekitar abad ke-16. Gara-gara harumnya kuncup bunga ini, berbagai bangsa datang mencarinya sampai ke bumi Maluku Utara.
Pada awalnya orang Maluku yang membawa keluar komoditas ini. Kemudian saudagar dari Persia, India, dan Tiongkok yang datang membeli. Ketika para saudagar ini datang, perdagangan di Maluku masih berjalan normal. Hubungan antarsaudagar masih berjalan baik.
Setelah para saudagar Asia berhubungan dagang dengan Ternate, tibalah saatnya saudagar Eropa yang datang. Orang Eropa yang datang pertama kali ke Ternate adalah Lopes de Sequiera, seorang avonturir dari Portugis. Ia muncul pertama kali di Nusantara pada tahun 1509.
Kemudian, pada tahun 1512, Antonio de Abreu, seorang perwira armada Alfonso de Albuquerque, tiba di Maluku, pulau penghasil rempah-rempah. Setelah orang-orang Portugis, berturut-turut orang Spanyol, Belanda, dan Inggris. Inilah awal sengketa di Maluku di antara penduduk setempat.
Orang Portugis awalnya diterima dengan baik oleh penduduk Ternate. Bahkan orang Ternate sendiri yang minta dibuatkan benteng. Sebagai imbalannya, orang Portugis mendapat monopoli perdagangan cengkeh. Akhirnya sebuah perjanjian dibuat antara Portugis dan Ternate, tetapi perjanjian tersebut lebih merugikan Ternate. Mulailah ketidaksenangan orang Ternate.
Pada tahun 1521, melalui jalur utara dari Filipina, datanglah bangsa Spanyol. Kedatangannya disambut baik oleh orang Maluku. Namun, keberadaan Spanyol hanya sampai tahun 1534. Dengan dalih perjanjian Tordesillas yang ditandatangani pada 7 Juni 1494, Spanyol harus keluar dari Maluku.
Akibat dari datangnya orang-orang Barat, sengketa di antara orang-orang Maluku mulai terjadi. Satu kesultanan bersahabat dengan salah satu bangsa Barat, sementara itu kesultanan lain membela bangsa Barat yang lain.
Bangsa-bangsa Barat inilah yang membangun benteng-benteng pertahanan di Ternate, Tidore, Bacan, dan beberapa pulau lain. Ternate merupakan pulau yang terbanyak dengan tinggalan bentengnya, misalnya Tolocco (1512), Castella (1521), Kalamata (1540), dan Oranye (1607).
Tujuan wisata
Di samping sudah dikenal karena cengkehnya, alam Maluku juga terkenal karena keindahan alamnya. Pulau-pulau gunung api yang seolah-olah menyembul dari birunya laut merupakan ciri khas dari Maluku. Dalam usaha mendukung program pemerintah, Visit Indonesia 2008, masyarakat Maluku siap menerima kunjungan wisatawan.
Usaha promosi Maluku Utara ke mancanegara agak terganggu dengan pemberitaan miring tentang banyaknya demo. ”Saya akan ke Ternate, apakah keadaan di sana aman?” ujar seorang sahabat dari negara tetangga.
Pertanyaan itu ditujukan kepada saya karena dia melihat tayangan di TV tentang demo pilkada di Ternate. Padahal, sekitar 200 meter dari orang berdemo terdapat aktivitas pasar yang berjalan normal. Di obyek wisata banyak wisatawan yang asyik menikmati obyek wisata. Karena aktivitas ini tidak diberitakan, kesan yang timbul adalah Ternate ”rusuh”.
Seperti halnya Bali yang dikenal orang Barat pada masa kini karena budayanya, Maluku sudah lama dikenal orang-orang barat karena cengkehnya. Melalui program Visit Indonesia 2008, mampukah Maluku mengangkat kembali namanya ke dunia Barat karena keindahan alamnya bukan lagi karena cengkeh?
Bambang Budi Utomo
Kerani Rendahan pada Puslitbang Arkeologi Nasional
Kerani Rendahan pada Puslitbang Arkeologi Nasional
(Sumber: Kompas, Jumat, 16 Mei 2008)
Maaf Mas, kbtulan lgi surving tau2nya nyampe sini. q suka baca2 tulisannya.good, brkualitas.salam knal dan tebarkan kedamaian slalu buat indonesia...
BalasHapusPIN BB : 264093EF .HP : 085-756-676-237
BalasHapusHARI INI KAMI ADAKAN PROMO TERMURA & TERPERCAYA website:http://ardhanionlineshop.blogspot.com Produk dijamin asli
ARDHANI SHOP : Barang yang Kami Tawarkan Semuanya Barang Asli Original Ada Garansi Resmi Distributor dan Garansi TAM .
Semua Produk Kami Baru dan Msh Tersegel dLm BOX_nya.
Ready Stock ! Apple iPhone 5 32GB Rp.2.800.000,-
Ready Stock ! Apple iPhone 5S 32GB Rp.3.500.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy Note 3 Putih Rp.2.500.000,-
Ready Stock ! Apple iPhone 6 plus 32GB Rp.4.500.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy Note 4 SM-N910H Gold Rp. 3.3000.000
Ready Stock ! Samsung Galaxy S5 Rp.2.600.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy S4 I9500 - PUTIH Rp.1.700.000
Ready Stock ! Samsung Galaxy S6 32GB Rp.3.000.000
Ready Stock ! Samsung Galaxy S6 edge 32GB Putih Rp.4.000.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy A3 Rp.1.500.000
Ready Stock ! Samsung Galaxy A5 Rp.2.200.000
Ready Stock ! Samsung Galaxy E5 E500H Putih Rp.1.500.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy E7 E700H Putih Rp. 1.900.000,-
Ready Stock ! Apple iPhone 4S 16GB (dari Telkomsel) Rp.1.200.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy Grand Prime SM-530H Rp.900.000
Ready Stock ! Asus Zenfone 2 ZE551ML RAM 4GB-64GB Rp.2.500.000,-